Partai Idaman resmi dideklarasikan pada 14 Oktober 2015. Meskipun partai baru, Partai Islam Damai dan Aman ini dinakhodai oleh sosok yang lama terjun di dunia politik, Rhoma Irama. Namun, harus diakui karier sang raja dangdut di dunia politik tak secemerlang di dunia musik. Rhoma kini mendeklarasikan partainya sendiri. Partai yang diakuinya akan berideologi Islam yang rahmatan lil 'alamin. Rhoma bersedia membagi cerita soal kiprah barunya sebagai ketua umum partai kepada wartawan Republika, Agus Raharjo. Berikut petikan wawancaranya.
Bagaimana cerita akhirnya Anda mendirikan Partai Idaman?
Pertama, saya lihat bahwa berpartai itu mengurus negara. Mengurus negara itu amanah Allah SWT. Pegangan saya adalah surah al-A'raf ayat 96, "Lauanna qurota ...." Seandainya penduduk sebuah negeri beriman dan bertakwa, niscaya akan Kami turunkan keberkahan dari langit dan bumi. Itu janji Allah. Maka, visi Idaman adalah membangun bangsa yang beriman dan bertakwa. Dan, akhlakul karimah. Karena, dengan itu, Allah berjanji akan membawa keberkahan, sementara kita bangsa di dunia terlalu bersandar pada skill, kemampuannya dan menafikan kekuasaan serta kekuatan Allah.
Saya melihat banyak negara yang mengaku, saya bisa, skill saya bisa. Padahal, kalau itu dipadukan dengan iman, akan diberikan keberkahan. Pendiri bangsa kita sudah menyiapkan itu. Yaitu, dengan Pancasila, kita dipacu untuk berketuhanan. Tapi, semakin hari gairah berketuhanan kita semakin kabur. Jauh dari implementasi. Pemikiran kita sudah tidak lagi berdasar pada Pancasila.
Bagaimana Anda mengenalkan Idaman sebagai partai yang berbeda?
Pertama, tentunya figur, kita semua perlu. Kita melihat sebuah organisasi dari pimpinannya. Bagaimana konsistensi pemimpinnya, komitmennya, perjalanan hidupnya itu bisa dibaca. Track record seseorang dapat dilihat masyarakat. Terbuka untuk umum, terbuka sekali secara nasional. Mereka bisa menilai apa kontribusi Rhoma pada bangsa ini sebagai seorang seniman. Dari lirik-lirik Rhoma yang kebangsaan. Lirik religi dan sosial bisa merupakan visi misi yang tertuang dalam nada-nada. Ini juga satu modal sosial untuk memperkenalkan siapa pemimpin partai ini.
Dari faktor itu, gairah masyarakat untuk mendukung (partai) Idaman. Itu salah satu faktor. Selain itu, ada berbagai macam alasan. Seperti, umat Islam saat ini mendambakan partai Islam yang betul-betul Islami. Jadi, mereka merasa ikut memiliki, ikut merasakan. Sebab, masalah sosial budaya sekarang ini tidak ada di tangan mereka. Barangkali ini juga yang menjadi keterpanggilan mereka untuk ikut bergabung dengan Idaman.
Sebagai partai baru, siapa yang menjadi target pemilih Idaman?
Pertama, loyalis. Kedua, tentu saja umat Islam. Tapi, tidak tertutup pada umat (agama) lain. Sebab, Indonesia adalah negara heterogen. Untuk menjadi anggota partai, semua orang boleh masuk karena kita bangsa Indonesia, bukan negara Islam. Islam itu sendiri rahmatin 'alamin, sangat menaungi, melindungi umat lain, di dalam Undang-Undang Dasar juga sudah sangat jelas. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan hanya untuk Muslim atau hanya melindungi Muslim.
Ini yang kita dukung, makanya manifesto politik kita, mencerminkan islam yang rahmatan lil 'alamin, untuk Indonesia yang Pancasilais. Itu manifesto politik kita, Partai Idaman. Sebagai anggota, siapa pun bisa. Tapi, kalau non-Muslim ingin masuk dalam struktur kepengurusan, kita lihat wilayahnya. Kalau di Indonesia Timur, misalnya, wilayahnya kita minoritas, jadi tidak masalah. Dengan syarat, sepakat untuk membangun Indonesia dengan etika politik Islam. Dan, saya rasa nilai Islam bersifat universal, tidak bertentangan dengan agama-agama lain.
Bagaimana sistem pendanaan Partai Idaman?
Kita tidak ada donatur khusus sebab tidak ada konglomerat di kepengurusan Partai Idaman. Pendanaan partai berasal dari dana kolektif, dari pengurus, loyalis, serta dari umat. Misalnya, mereka di daerah membentuk DPW atau DPC, mereka biayai sendiri. Mulai dari kantornya, atribut partai, mereka biayai sendiri. Tidak ada dana dari kita di DPP yang membiayai. Mulai dari kantor, tidak ada biaya dari pengurus DPP atau personal DPP sendiri. Semuanya dibiayai mereka di daerah.
Semua merasa keresahan yang sama melihat situasi politik, ekonomi, sosial, dan budaya di Indonesia sekarang. Jadi, kami merasakan adanya obsesi bersama. Bahkan, tidak ada iuran sukarela secara formal. Misalnya, setiap kebutuhan partai mereka buat sendiri. Dari daerah sampai DPD dan pusat. Salah satu contoh gedung ini (kantor DPP), diberikan untuk dipakai sebagai kantor DPP. Bukan menyewa. Disuruh menggunakan saja.
Apa prioritas Partai Idaman setelah dideklarasikan?
Tahun 2016 ini, kita memantapkan pengaderan, kader partai. Sebab, dari kita harus ada calon legislatif, eksekutif yang akan menjadi pejabat daerah. Kita akan adakan pelatihan untuk pengaderan. Namun, tahapan prioritas tetap rekrutmen. Untuk mencapai seperseribu. Dari sana baru seleksi kepengurusan. Dari seleksi itu, baru ditetapkan siapa calon legislatif atau calon eksekutif dari wilayah masing-masing.
Saya rasa itu saja yang paling prioritas saat ini. Paling penting, pengaderan berdasarkan kapasitas harus berdiri di atas iman, takwa, dan akhlakul karimah. Itu yang jadi acuan. Dasarnya iman dan takwa. Saat ini, kita punya tiga bagian untuk rekrutmen anggota ini. Pertama, deklarator semua sudah. Syarat untuk menjadi parpol, menurut Kementerian Hukum dan HAM, terpenuhi di 34 provinsi dan sudah dilakukan. Kemudian, terpenuhi 75 persen di kabupaten/kota dan 50 persen di kecamatan.
Saat ini, deklarator sudah selesai, kemudian untuk sekretariatan deklarator ini muncul lagi yang namanya anggota. Anggota juga hampir seluruhnya sudah meskipun DPW belum. Ada tiga kategori, DPW yang strukturnya sudah ada, misalnya, Kalimantan Selatan, Banten, Kalimantan Barat, dan Kepulauan Riau. Itu yang sudah. Jadi, ada yang formatur dan terstruktur. Yang terakhir, ini yang baru proses ada dua, satu penjajakan, artinya mereka sudah kita transpoting, ada yang dari deklarator, dan tokoh-tokoh masyarakat.
Yang ketiga ini, yang sisa ini lagi kita hati-hati untuk melakukan rekrutmen ketua DPW. Tapi, dari masing-masing DPW ini, anggota sudah bergerak untuk mencari angota. Artinya, ada korelasi, struktur dibuat dengan sangat hati-hati supaya kita mencari tokoh yang kapasitasnya ada, integritasnya ada, juga loyalitasnya ada. Karena, sangat sulit bicara integritas. Tapi, struktur, misalkan, Sukabumi, kami sudah punya 1.800, penduduknya dua juta, artinya, tinggal 200 lagi. Bandung, Cirebon, 27 kabupaten di Jawa Barat, DPW-nya sedang kita bikinkan struktur, tapi DPC-nya sudah kita siapkan. Sehingga, ketika dilantik, bisa saja bersamaan dengan DPC. Artinya, secara struktur clear.
Apa kontribusi Rhoma Fans Club untuk Idaman?
Banyak. Mereka ada yang jadi pengurus partai, fungsionaris, ada juga yang sebagai anggota. Dan, yang pasti, mereka semangat untuk bikin posko-posko, semangat untuk rekrutmen anggota. Forsa paling depan untuk merekrut anggota. Itu inisiatif mereka sendiri. Selaku fan Rhoma and Soneta, mereka punya komitmen, di samping untuk mengamalkan lagu-lagu Rhoma, juga membantu perjuangan Rhoma.
Menurut Anda, bagaimana pelaksanaan pilkada serentak pada 9 Desember lalu?
Kalau dari sisi efisiensi, lebih efisien. Tapi, masih ramai soal money politic dan transaksional. Artinya, rakyat Indonesia masih melihat, pilkada sebagai ajang nyari duit. Masyarakat menengah bawah kita masih berorientasi profit atau uang. Sehingga, sekarang agak sulit mencari pemimpin punya kompetensi, bukan yang bisa bayar yang jadi pemimpin semestinya. Tapi, yang betul-betul punya kapasitas dan kompetensi.
Itu saja masih perlu waktu panjang untuk bangsa ini sehingga kesadaran politiknya datang. Sehingga, mereka memilih pemimpin berdasarkan kriteria yang logis. Tingkat partisipasi politik, saya lihat animo pemilih menurun. Jadi, minat untuk memilih saat ini agak menurun di pilkada serentak.
Banyak faktor yang menyebabkannya. Tapi, umumnya orang sudah mulai kehilangan kepercayaan pada parpol. Sebab, umumnya, parpol itu memberikan janji-janji. Setelah jadi, tidak ada kaitannya antara kinerja dan janji. Apalagi, banyak perilaku politikus yang kurang, seperti kasus pelanggaran hukum, korupsi, akhlaknya. Jadi, distrust publik terlalu besar ke parpol.
Kalau 2019 nanti Idaman lolos pemilu, akan memilih Koalisi Merah Putih (KMP) atau Koalisi Indonesia Hebat (KIH)?
Saya rasa apakah saat itu masih ada KMP-KIH. Eranya mungkin sudah berubah. Situasi politik kan begitu dinamis. Jangankan sekian tahun, kadang berminggu dan berbulan saja bisa berubah. Kemarin, PAN masuk pemerintah. Jadi, dinamika tidak bisa kita ramalkan. n ed: andri saubani
***
'Si Gitar Tua' takkan Tinggalkan Dangdut
Raja Dangdut, Rhoma Irama, mendirikan partai sendiri setelah berpindah-pindah partai. Terjun ke dunia politik memang bukan hal baru bagi sang Raja Dangdut. Saat ini, Rhoma didaulat menjadi orang nomor satu di Partai Idaman, partai bentukannya. Namun, Rhoma masih ingin eksis di kancah musik dangdut. Lagu-lagu ciptaannya masih sering didengar oleh telinga masyarakat Indonesia.
Politik dan seni, kata Rhoma, adalah dua hal yang dapat dilakukan beriringan. Bahkan, seni musik dangdut yang sudah dilakoninya sejak beberapa dekade lalu itu diakui menjadi salah satu alasan sang Raja Dangdut akhirnya terjun ke dunia politik.
Kepada Republika, sosok bernama asli Raden Haji Oma Irama ini mengungkapkan, musik dapat menjadi nilai tambah bagi seorang pemimpin negara. Asalkan, sebagai pemimpin, musik memberi sinergi bagi aktivitas dan sikap dari negarawan. Kalau memang musik relevan dengan sikapnya sebagai seorang pemimpin, justru memberi nilai tambah untuk perjuangan sang negarawan sendiri. Hal itulah yang membuat Rhoma enggan untuk meninggalkan musik dangdut yang sudah ada dalam darahnya.
"Sebagai seorang pemimpin negara, bukan berarti tidak boleh bermusik," ujar dia.
Selama menjalani karier politikya, Rhoma memang tidak pernah meninggalkan musik yang membesarkan namanya. Beberapa partai besar pernah sempat disinggahi. Seperti, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan terakhir Partai Bulan Bintang (PBB). Pengalaman di beberapa partai ini membuat Rhoma akhirnya mendeklarasikan partainya sendiri, Partai Idaman (Islam Damai dan Aman). Selama itu juga, musik dangdut menjadi senjata sang Raja menarik simpati masyarakat.
Bagi pria kelahiran Tasikmalaya ini, musik menjadi medium sangat efektif untuk menyampaikan visi dan misinya. Musik dianggap lebih jitu untuk memengaruhi sikap masyarakat dibanding hanya dengan orasi. Bahkan, lagu-lagu sarat pesan moral sudah diciptakan sosok yang akrab disapa Bang Haji ini dalam karier musiknya. Misalnya, tema soal korupsi, sudah diciptakan sekitar 1982 dengan lagu berjudul "Indonesia". Bahkan, dalam lagu "Hak Asasi" yang diciptakan pada 1977, Rhoma sudah memberi peringatan agar menghormati hak asasi manusia. "Ini senjata saya, musik ini bukan harus ditinggalkan, salah kalau ditinggalkan," tegas dia.
Dalam setiap kesempatan menyampaikan orasi politik, Rhoma lebih memilih untuk menggunakan musik dangdut. Hal itu juga terlihat dalam deklarasi pendirian Partai Idaman beberapa waktu lalu di Monumen Tugu Proklamasi. Secara menghibur, sang Raja Dangdut menyampaikan visi-misinya melalui lirik-lirik lagu yang dinyanyikannya. Yaitu, membangun bangsa Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlakul karimah. n ed: andri saubani