REPUBLIKA.CO.ID, Sekitar 60 persen warga Amerika Serikat (AS) mendukung kebijakan pemerintah terkait aksi militernya di Libya sebagai bagian dari pelaksanaan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menerapkan zona larangan terbang untuk melindungi warga negara Afrika utara itu dari serangan para loyalis Muammar Qaddafi. Demikian terungkap dari polling Reuters/Ipsos yang dipublikasikan Kamis (24/3).
Dalam polling tersebut, terungkap sekitar 48 persen menilai kepemimpinan militer Presiden Barack Obama sebagai panglima tertinggi sangat "hati-hati dan konsultatif". Sebanyak 36 persen menyebutnya sebagai "ragu-ragu dan limbung", dan sebanyak 17 persen menilai sebagai "kuat dan menentukan". Jawaban itu terangkum dalam pertanyaan yang diberikan, yang hanya meliputi tiga pilihan.
Polling dilakukan tiga hari setelah Amerika Serikat melancarkan serangannya yang pertama pada Sabtu pekan lalu. Mayoritas responden mengatakan mereka berpikir AS dan negara-negara sekutunya harus mencoba menganti pemimpin Libya Muammar Qaddafi, yang telah memerintah negara Afrika utara yang kaya minyak itu lebih dari empat dekade, dimana sekitar 79 persen mendukung pergantian tersebut.
Penemuan tersebut selaras dengan polling yang dilakukan CNN pada Selasa kemarin, yang menemukan 77 persen dari pertanyaan mengatakan sangat penting atau agak sedikit penting untuk mengganti Qaddafi. Dalam survey Reuters/Ipsos, hanya 17 persen yang mendukung pengerahan pasukan darat.
Survey juga menunjukkan 60 persen mendukung aksi militer di Libya, dimana 20 persen sangat mendukung dan 40 persen sisanya agak sedikit mendukung. Mereka yang menentang aksi militer dibagi, dengan 25 persen menentang dan 14 persen sangat menentang. Survei ini dilakukan pada 22 Maret dan sampel diberikan kepada perwakilan nasional dari 975 orang dewasa.