REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG - Pengusaha mengeluhkan kelangkaan bahan baku untuk memproduksi batik, baik itu kain maupun malam. "Sejak tahun 2010 akhir sampai sekarang, bahan baku untuk pembuatan batik langka.
Kelangkaan kain disebabkan karena kapas di luar negeri gagal panen, sedangkan untuk malam langka karena gondorukemnya susah," kata Siti Kholifah, Ketua "cluster" batik Semarang, di Semarang, Sabtu (26/3).
Olif, panggilan ibu dua anak ini, mengatakan bahwa sebenarnya pihaknya telah mengeluhkan kelangkaan bahan baku tersebut ke pemerintah pada saat ada gelar batik di Jakarta. Namun hingga kini tidak ada solusi yang tepat.
"Kami para pengusaha justru diminta mencari alternatif bahan baku batik, seperti dari serat nanas dan pelepah pisang. Akan tetapi, jika dilihat dari sisi kenyamanan di badan, kain batik dari katun paling bagus," katanya.
Melihat kalkulasi kualitas dan untuk menjaga cita rasa dari para pembeli, Olif mengaku tetap bertahan dengan kain katun meskipun harganya mahal akibat kelangkaan bahan baku.
"Kami tidak mungkin mengurangi kualitas atau ukuran. Oleh karena itu, terpaksa kami harus mengurangi keuntungan, menaikkan harga jual, dan menekan biaya produksi," katanya.
Warga Banyumanik ini menyebutkan harga kain putih prima (bahan baku untuk pembuatan batik) yang sebelumnya Rp8.000 per meter sekarang bisa mencapai Rp9.800 per meter.
"Setiap beli kain, harganya selalu naik Rp250 hingga Rp500 per meter. Begitu juga dengan malam, sekarang yang kualitas bagus Rp30 ribu hingga Rp35 ribu," katanya.
Olif menambahkan sebenarnya kenaikan harga tersebut tidak begitu terasa untuk batik tulis, karena yang dijual adalah karya seni. Berbeda dengan batik cetak yang biasa dikonsumsi masyarakat kelas menengah, misalnya untuk bahan seragam kerja, tidak dapat seenaknya menaikkan harga.
Untuk harga jual kain batik cetak Rp80 ribu hingga Rp100 ribu per meter, sedangkan untuk batik tulis dihargai Rp250 ribu hingga Rp300 ribu per meter.
"Jadi setinggi-tingginya harga batik cetak atau kain cap, tidak bisa diambil keuntungan lebih. Berbeda jika batik tulis, kami menjual seni sehingga pembeli melihatnya sebagai karya seninya," katanya.