REPUBLIKA.CO.ID,ASADABAD--Gerilyawan Taliban menculik sekitar 40 warga desa di Afghanistan timur, kata seorang kepala kepolisian daerah, Minggu, dan ia membantah klaim mereka bahwa orang-orang yang ditangkap itu adalah polisi. Kepala kepolisian di Nuristan mengatakan, 40 orang pergi ke provinsi itu untuk mencari pekerjaan di Kepolisian Daerah Afghanistan yang baru dibentuk, namun mereka gagal.
"Kami tidak bisa mempekerjakan mereka, dan mereka pulang kembali ke desa mereka ketika mereka ditangkap," kata kepala kepolisian Nuristan, Shamsul Rahman Zahid, kepada AFP, dengan menambahkan bahwa ada sekitar 40 warga desa dalam kelompok itu.
Sebelumnya, Taliban mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan, mereka menculik 50 polisi yang sedang tidak bertugas di provinsi Kunar, yang berbatasan dengan Nuristan. Taliban yang memerangi pemerintah Afghanistan dukungan Barat dikenal biasa membuat klaim-klaim bohong dan membesar-besarkan jumlah korban yang mereka timbulkan dalam pertempuran.
Kepolisian Daerah Afghanistan dibentuk tahun lalu untuk mengatasi kekurangan kronis polisi di sejumlah daerah paling tidak stabil di negara itu menjelang penarikan pasukan NATO pada akhir 2014. Sekitar 4.000 orang sejauh ini direkrut untuk pasukan daerah tersebut, yang terpisah dari kepolisian nasional dan tidak memiliki wewenang penangkapan.
Ketika transisi semakin mendekat, pasukan keamanan Afghanistan yang mencakup 118.000 polisi dan 159.500 tentara mendapat serangan gerilya yang meningkat. Sebelumnya bulan ini, 36 orang tewas dalam serangan bom bunuh diri di sebuah pusat perekrutan tentara di provinsi Kunduz -- serangan kedua terhadap tempat itu dalam waktu tiga bulan.
Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil. Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.
Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan. Pemimpin Taliban Mullah Omar telah menyatakan, pihaknya meningkatkan serangan taktis terhadap pasukan koalisi untuk memerangkap musuh dalam perang yang melelahkan dan mengusir mereka seperti pasukan eks-Uni Sovyet.
Saat ini terdapat lebih dari 150.000 prajurit yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi gerilyawan Taliban. Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mencakup puluhan ribu prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.
Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook