Kamis 31 Mar 2011 14:55 WIB

Mei, Kepala Militer Cina Melawat ke AS

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Cina, Kamis (31/3) mengatakan kepala staf militernya akan berkunjung ke AS pada Mei. Lawatan dilakukan saat kedua negara berupaya untuk meningkatkan hubungan kemiliteran di tengah meningkatnya persaingan mereka.

"Kedua militer kini dihadapkan pada peluang baru untuk mengembangkan hubungan-hubungan mereka," kata juru bicara kementerian pertahanan, Geng Yansheng, kepada wartawan ketika Cina menyiarkan buku putih yang membeberkan kebijakan pertahanannya.

Dia mengatakan Chen Bingde, kepala staf Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), akan berkunjung ke AS pada Mei sebagai bagian dari upaya-upaya untuk memperkokoh hubungan militer - titik utama gesekan dalam hubungan Sino-AS yang lebih luas.

Ketegangan meningkat pada awal tahun lalu ketika Cina menghentikan kontak pertahanan tingkat tinggi dengan Amerika Serikat. Penghentian itu dipicu sikap Washington yang menjual senjata kepada Taiwan senilai lebih dari 6 miliar dolar, sementara Beijing menganggap Taiwan bagian dari wilayahnya sendiri.

Rencana sementara Menteri Pertahanan Amerika Serikat Robert Gates, untuk mengunjungi Beijing kemudian dibatalkan, tapi dia akhirnya datang ke China pada Januari tahun ini - sebagai perjalanan pertamanya ke Beijing sejak 2007. Geng mengatakan ada rencana untuk pertemuan lebih lanjut antara kedua departemen pertahanan dalam tahun ini.

Para pemimpin militer AS dan tetangga-tetangga China semakin cemas atas meningkatnya upaya PLA mengejar kemampuan rudal canggih, satelit, cyber-senjata dan jet-jet tempurnya. Menteri pertahanan India bulan lalu menyatakan "keprihatinan serius" atas meningkatnya pertumbuhan militer China.

Sementara itu Jepang telah berulang kali mempertanyakan niat militer Beijing, terutama setelah tabrakan kapal di perairan yang disengketakan pada September, antara dua kapal penjaga pantai Jepang dan kapal penangkap ikan China memicu sengketa besar.

Memperkuat kekhawatiran ini, China bulan ini mengumumkan pembaruan kenaikan dua digit dalam pengeluaran militernya tahun 2011 setelah pendanaan melambat tahun lalu, dan mengatakan anggaran akan naik 12,7 persen menjadi 601,1 miliar yuan (91,7 miliar dolar AS).

Tetapi Beijing telah berulang kali berusaha untuk meredakan ketakutan negara-negara tetangganya itu, dengan menekankan bahwa kebijakan pertahanan negaranya bersifat "defensif alami." "Saat ini dan bahkan di masa depan, tidak peduli berapa yang dikembangkan China, Beijing tidak akan pernah mencari hegemoni atau mengejar kebijakan ekspansionis," kata Geng Kamis.

sumber : Antara/AFP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement