REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO – Sebagian besar arkeolog Mesir meminta diakhirinya misi asing dalam monopoli mumifikasi dan seluruh penggalian arkeologi di Negeri Piramida tersebut.
Pada seminar berjudul 'Masa Depan Arkeologi di Mesir' yang diselenggarakan di Beit el-Sanary (Sanary House) di el-Sayyeda Zeinab, Kairo Selatan, mereka juga meminta dilakukannya 'pe-Mesir-an' konservasi penemuan-penemuan arkeologi dan pendirian sekolah mumifikasi.
Para peserta mengatakan para pejabat rezim Hosni Mubarak seperti Safwat el-Sherif, Juru bicara Majelis Tinggi dan Fathi Sorour, Juru bicara Majelis Rendah, telah memerintahkan para arkeolog menunjuk orang-orang tertentu untuk mengisi posisi-posisi penting di Majelis Agung Kepurbakalaan—sejak berganti nama menjadi Departemen Kepurbakalaan.
Dalam seminar ini, Khaled Azab, Direktur el-Sanary House, memberikan penghormatan kepada Dewan Pengawas Kepurbakalaan Mohamed Abdel dan memberikan hadiah padanya beberapa publikasi Bibliotika.
Penghormatan ini dipersembahkan Azab karena rasa syukur atas keberhasilan Abdel dalam memburu para pencuri yang menjual 12 barang antik curian dari Museum Mesir di pusat kota Kairo selama pemberontakan rakyat terhadap Mubarak. Barang-barang antik itu kini telah kembali ke museum.
Sementara itu, Azab juga mengkritik kesalahpahaman yang menyatakan Egyptology (ilmu pengetahuan tentang Mesir) hanya untuk orang asing saja. Dia juga mempertanyakan mengapa para peneliti asing menolak untuk menerjemahkan tesis mereka ke dalam bahasa Arab.