REPUBLIKA.CO.ID,SANAA--Kelompok oposisi Yaman, Sabtu (2/4), mendesak Presiden Ali Abdullah Saleh --yang sedang menghadapi protes-- agar menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya dan mengakhiri tiga dasawarsa jabatannya, setelah penindasan maut terhadap protes anti-rejim. Di dalam "visi buat peralihan kekuasaan secara aman dan damai" Forum Bersama partai oposisi dan sekutu mereka mendesak Saleh "agar mengumumkan pengunduran dirinya, sehingga kekuasaannya berpindah ke wakilnya", demikian antara lain isi pernyataan tersebut.
Wakil Presiden Abdrabuh Mansur Hadi, yang berasal dari Provinsi Abiyan di Yaman selatan, adalah anggota partai yang berkuasa pimpinan Saleh, Kongres Rakyat Umum. Itu adalah untuk pertama kali oposisi mengajukan usul yang berkenaan dengan visinya bagi peralihan kekuasaan, yang telah dituntut sejak protes anti-Saleh meletus pada penghujung Januari.
"Presiden sementara" kemudian akan memperbarui aparat keamanan, tulang-punggung rejim Saleh, termasuk "Pengawal Presiden dan Pasukan Keamanan Negara, Keamanan Nasional", yang akan dikendalikan oleh menteri dalam negeri dan pertahanan, kata pernyataan itu. "Satu kesepakatan akan dicapai dengan presiden sementara mengenai pembentukan wewenang selama masa peralihan, yang dilandasi atas konsensus nasional," katanya.
Namun, itu menetapkan pembentukan dewan peralihan nasional, memulai dialog nasional yang berjangkauan luas, dan membentuk komite ahli guna merancang pembaruan undang-undang dasar.
Oposisi juga menuntut pembentukan pemerintah persatuan nasional sementara yang dipimpin oleh oposisi dan meliputi "semua partai politik, (yang mengedepankan) generasi muda, dan pengusaha".
Oposisi juga menuntut pembentukan dewan militer sementara yang terdiri atas "perwira yang dikenal karena kemampuan dan integritas mereka, dan yang dihormati di kalangan militer".
Oposisi juga menuntut pembentukan komisi tinggi pemilihan umum, yang bertugas menyelenggarakan referendum tentang pembaruan undang-undang dasar, dan pemilihan presiden serta anggota parlemen.
Selain itu, oposisi menegaskan "hak untuk menyampaikan pendapat secara damai, demonstrasi dan aksi duduk buat semua rakyat Yaman" yang menuntut penyelidikan mengenai serangan terhadap pemrotes, terutama peristiwa di Aden, Sana'a dan Abyan serta kasus lain yang melibatkan peluru dan gas air mata.
Mereka yang bertanggung jawab atas serangan terhadap demonstran tersebut, katanya, "mesti diadili, sementara mereka yang cedera dan cacat dan keluarga korban tewas mesti diberi ganti rugi". Di bawah tekanan protes selama lebih dari dua bulan, yang dikatakan Amnesty International telah merenggut 95 jiwa dalam berbagai bentrokan dengan pasukan keamanan, Saleh telah menawarkan untuk meletakkan jabatan sebelum masa jabatannya berakhir pada 2013.
Tapi ia jadi bersikap keras sejak pawai akbar pro-rejim digelar pada 25 Maret. Operasi besar keamanan di Sana'a pada Jumat (1/4) memecah protes yang bersaing; mereka yang mendukung Saleh --yang telah memerintah selama tiga dasawarsa-- dan penentangnya yang ingin dia segera mundur.
Para pemimpin protes mengatakan orang kuat Yaman itu telah jadi berani karena dukungan AS, yang memandang Yaman sebagai mitra penting dalam "perang melawan Al-Qaida".