REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Deputi Mufti Rusia, Rushan Hazrat Abbasov, menyatakan pemerintahan dan rakyat Rusia sangat terkesan dengan perkembangan Islam dan pendidikan di Indonesia. Ia menyatakan, Muslim Rusia berhutang budi pada Indonesia.
"Keinginan presiden Soekarno mendirikan masjid di Rusia kala itu, menjadi tonggak sejarah perkembangan Islam yang sangat pesat di Rusia, karena setelah itu banyak masjid yang didirikan di Rusia, sementara pemeluk Islam juga semakin bertambah," katanya.
Rushan mengatakan, pihaknya ingin belajar banyak tentang Islam di Indonesia, bagaimana multikulturalisme, perekonomian dan perbankan Islam sampai pada pengelolaan haji di Indonesia.
Abbasov berkunjung ke Indonesia bersama Damir Hazrat Mukhetdinov Deputy Chairman RMC, Arslan Hazrat Sadriev dari kemuftian Republik Tatarstan, Magomed-Emin Usmanov dari Republik Chechen, dan Ildar Nurimanov, pemred Medina.
Dalam materi kuliah umunya di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Abbasov menyampaikan, Republik Federasi Rusia (dulu Uni Soviet) pasca revolusi Glasnost (keterbukaan) dan Perestroika (restrukturisasi) 1985, telah terdiri dari 21 negara bagian (Republik). "Dari 142 juta penduduk Rusia sekitar 25 juta diantaranya adalah muslim, yang tersebar di Wilayah Degestan, Tartarstan, Chechnya dan Kazan. Mayoritas muslim di Rusia adalah Hanafi dan Syafii dan ada 10 persen Syiah," katanya.
Di Rusia terdapat banyak manuskrip Islam dan juga banyak sahabat Nabi yang di kubur di Rusia.
"Penyebaran Islam di Rusia sebenarnya telah dimulai sejak abad ke-2 Hijriyah. Seperti juga di Indonesia, penyebaran Islam di Rusia juga dilakukan secara damai. Disamping itu, Rusia memiliki banyak kesamaan dengan Indonesia. Masyarakatnya memeluk lebih dari dua agama dan pemeluk Islam menduduki terbesar ke dua," katanya.
Ia mengatakan, seperti juga di Indonesia, Rusia juga terdiri dari tidak kurang dari 57 etnik, dan sangat menjunjung tinggi multikulturalisme.