REPUBLIKA.CO.ID,LONDON--Panglima Angkatan Udara Inggris (RAF) mengatakan bahwa pesawat tempur Inggris tampaknya akan memainkan peran dalam operasi untuk memaksakan zona larangan terbang di Libya setidaknya enam bulan, demikian diberitakan pada Senin. "Secara umum kami berencana untuk setidaknya berada enam bulan dan kami akan mencari tahu selanjutnya ke mana kami akan pergi," kata Panglima RAF Stephen Dalton kepada harian The Guardian.
Ia menambahkan bahwa prioritas RAF dalam waktu dekat adalah Libya dan yakin bahwa operasi yang dijalankan "berkelanjutan saat ini, tanpa menghancurkan kegiatan militer Inggris di tempat lain,". Inggris bergabung dengan Amerika Serikat dan Prancis untuk mengebom Libya pada 19 Maret demi memaksakan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melindungi warga sipil dari usaha pasukan pemimpin Libya Muamar Gaddafi untuk memadamkan perlawanan.
Militer AS telah berencana untuk menarik jet tempurnya dan peluru kendali Tomahawk dari operasi udara pada akhir pekan saat negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara mengambil alih pimpinan untuk mengebom pasukan Gaddafi. Namun Pentagon mengumumkan pada Minggu bahwa keterlibatan AS akan berlanjut pada Senin karena permintaan NATO.
Keterlibatan Inggris di Libya terjadi saat koalisi partai Konservatif-Liberal Demokrat memotong anggaran pasukan keamanan negara itu guna mengurangi defisit negara itu. "Rencana saat ini, kami dapat melanjutkan operasi di Afghanistan, Kepulauan Malvinas (Falkland) dan Libya dengan apa yang kita miliki," kata Dalton (57).
"Namun hal tersebut membawa Anda lebih dekat ke titik dimana Anda hanya memiliki tas yang sudah kepenuhan. Ada banyak hal yang dilakukan di saat yang sama." Inggris menyumbangkan 9.500 tentara atas operasi koalisi yang dipimpin NATO di Afghanistan.