REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO - Sosiolog dari Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Funco Tanipu, mengemukakan aksi goyang India yang seketika melejitkan nama Briptu (Pol) Norman Camaru, dipandang sebagai puncak kejenuhan publik atau masyarakat umumnya. Menurutnya, publik akhir-akhir ini senang dengan hiburan, karena jenuh dengan wacana media yang terus menerus mengangkat kasus korupsi, politik yang tidak etis, kriminal, dan contoh buruk dari elit yang seperti tak ada habisnya.
" Norman adalah simbol perlawanan publik yang jenuh bahkan muak dengan semua itu," kata dia. Sebagai seorang polisi, lanjutnya, Norman juga dinilainya telah berhasil meruntuhkan kesan publik yang negatif pada Polri selama ini.
Karena selama ini Polri terkesan berjarak dengan publik, namun dengan aksi Norman di Youtube, setidaknya itu pupus seketika. " Namun hal ini saya perkirakan hanya berlangsung sesaat," kata Funco, Jumat.
Di sisi lain, ujarnya lagi, fenomena Norman sekaligus mengukuhkan peran jejaring social, yang ternyata begitu penting dalam penyebaran informasi. Menurut dosen muda ini, fenomena tersebut sekaligus menjadi peringatan bagi media cetak yang hingga hari ini belum merambah dunia maya atau jejaring sosial.
Aksi yang dilakukan oleh Norman tersebut, sejak beberapa hari terakhir ini ramai dibicarakan, bahkan hampir setiap saat menghiasi berita pada sejumlah media. Bahkan bukan saja rekan-rekannya sesama Polri yang tertarik melihat aksinya tersebut, namun mendapat perhatian dari para selebriti papan atas.