Senin 11 Apr 2011 12:34 WIB

Karena Menara 100 Meter, Rencana Masjid Dekat Akademi Militer Inggris Ditolak

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Bangunan sekolah zaman Ratu Victoria yang diajukan BWA menjadi lokasi masjid bermenara 100 meter
Foto: China Army
Bangunan sekolah zaman Ratu Victoria yang diajukan BWA menjadi lokasi masjid bermenara 100 meter

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Rencana The Berkshire, Hampsire & Surrey Bengali Asociation (BWA), membangun masjid ditolak mentah-mentah pemerintah Inggris dalam hal ini Dewan Kota Berkshire. Alasan penolakan dikhawatirkan mengancam keamanan Akademi Militer Kerajaan di Sandhurst yang berjarak setengah mil dari lokasi rencana pembangunan masjid.

Penolakan pembangunan masjid dengan dua menara setinggi 100 meter tersebut otomatis menggugurkan usaha lobi yang dilakukan komunitas Muslim Bengali di Inggris sepanjang tahun lalu. Diawal rencana, BWA, asosiasi yang memayungi komunitas Muslim Bengali, mengajukan perizinan pembangunan masjid di bekas sekolah zaman Ratu Victoria di Camberley, Surrey. Namun, oleh pejabat Kementerian Pertahanan Inggris, izin pembangunan tersebut, terutama desain menara masjid yang tinggi langsung dinilai mengancam keselamatan calon-calon prajurit Inggris.

Pasalnya, dari menara tersebut bisa dengan jelas melihat bagaimana lapangan parade yang biasanya digunakan untuk melatih para prajurit Inggris yang baru saja direkrut. Alasan lainnya, menurut versi pakar sejarah Inggris, bangunan sekolah zaman Ratu Victoria merupakan bangunan yang perlu dilestarikan dan dilindungi.

Christopher Lockhart-Mummery QC, juru bicara BWA, menolak anggapan pembangunan masjid dapat membahayakan keamanan RMA. "Sangat tidak bertanggung jawab bila alasan ketakutan merupakan dasar penolakan. Ketakutan itu tidak akan terjadi," kata dia seperti dikutip dari Telegraph.co.uk, pekan lalu. Lockhart-Mummery memastikan masyarakat setempat akan mendapatkan manfaat yang jauh lebih besar ketika pembongkaran bangunan lama digantikan dengan pembangunan masjid.

Dia juga mengatakan bangunan Islamic Center yang sudah digunakan semenjak tahun 1996 tidak lagi representatif dengan perkembangan saat ini. Dia pun berjanji bahwa akses terhadap menara tidak akan diberikan kepada sembarang orang untuk menaikinya.

John Pugh-Smith, perwakilan Kelompok Save our Schools, mengatakan rencana pembangunan kubah besar ataupun dua menara tidaklah mutlak diperlukan. Sementara penduduk setempat, Christoper McDonald mengatakan perlu adanya aturan yang tegas terhadap pembatasan akses terhadap menara.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement