Senin 11 Apr 2011 15:01 WIB

Kembali Perkasa, Rupiah Berpeluang Capai Rp8.500 Per Dolar

Rupiah (Ilustrasi)
Rupiah (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta bergairah, naik tajam sebesar 7,56 persen. Angka itu melebihi asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2011 yang ditetapkan Rp9.250 per dolar.

Mata uang utama Indonesia bahkan diperkirakan sepanjang tahun ini akan dapat mencapai level Rp8.500 per dolar. Penguatan itu diakibatkan arus masuk asing yang cukup besar ke pasar Asia khususnya di Indonesia.

Kenaikan rupiah juga mendapat dukungan pemerintah karena akan meringankan beban anggaran yang terkait dengan belanja dalam dolar AS termasuk pembayaran bunga utang. Nilai tukar rupiah saat ini (11/4) mencapai Rp8.629-Rp8.639 per dolar.

Kepala Analis PT First Asia Capital, Irfan Kurniawan, memperkirakan, peluang rupiah untuk mencapai angka Rp8.500 pada tahun ini sangat besar. "Kami optimis penguatan rupiah untuk mencapai level Rop8.500 akan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya," ucapnya.

Rupiah, lanjut Irfan pada awal 2011 sudah menunjukkan gejala menguat, apalagi sejumlah investor asing yang masuk pasar Indonesia masih tetap tinggal. Investor asing, katanya, yakin pasar Indonesia masih memberikan keuntungan yang lebih besar dibanding pasar Asia lainnya sepanjang pasar Eropa dan Amerika Serikat masih tak menentu.

Apalagi, lanjut dia Indonesia mengalami perbaikan peringkat utang yang semula BB- menjadi BB+, karena pertumbuhan ekonomi yang makin baik dan cadangan devisa yang terus meningkat yang mencapai 110 miliar dolar AS. Karena itu investasi asing akan makin besar masuk ke Indonesia yang mendorong rupiah terus bergerak naik, ujarnya.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan arus modal masuk (capital inflow) yang terus membanjiri pasar Indonesia, menyebabkan penguatan nilai tukar rupiah menjadi yang tercepat di antara negara berkembang.

Kondisi tersebut memberikan potensi pembalikan modal (sudden reversal) terbuka sehingga perlu ada kebijakan yang bisa menjaga makro ekonomi berjalan dengan baik, ujarnya. "Di ASEAN capital inflow masih besar walaupun negara lain sudah tidak besar, " ujarnya.

Ia mengatakan penguatan rupiah masih akan terus terjadi dan BI akan menjaga rupiah dan tidak membiarkan penguatan (apresiasi) rupiah bergerak lebih jauh serta menekan ekspor dan impor.

"Memang kecepatannya perlu diperhatikan juga karena kita selalu mengikuti itu jangan pernah mengira membiarkan begitu saja. Tapi kita tidak punya target mati, jadi arah penguatan rupiah masih ada walaupun kita jaga betul jangan terlalu cepat dan jangan kemudian volatilitasnya terlalu jauh," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement