REPUBLIKA.CO.ID,ROMA--Italia akan mempertimbangkan permintaan pemberontak Libya agar pasukannya melakukan serangan terbuka saat operasi militer didukung Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), namun harus berdasarkan atas dalih meyakinkan, kata Menlu Franco Frattini. "Italia meminta maaf kepada rakyat Libya, karena kengerian pada masa kolonisasi fasis. Jadi, bila ada korban jiwa akibat pemboman dalam operasi di Libya saat ini tentu akan menjadi sangat serius," katanya kepada harian "Il Sole 25 Ore" dalam wawancara.
Frattini mengatakan kepala kelompok pemberontak Dewan Peralihan Nasional (TNC) tingkat provinsi, Mustafa Abdel Jalil, akan berada di Roma pada Jumat untuk bertemu dengan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi. "Bila Libya memberikan kami alasan kuat, kami akan mengamati, pemerintah akan memutuskan," katanya.
Pernyataan Frattini tersebut dilontarkan setelah Inggris dan Prancis menghentikan tekanan atas sekutu NATO mereka agar lebih berperan dalam operasi militer melawan pemimpin Libya Muammar Qaddafi. Italia, bekas negara penjajah Libya, adalah salah satu sahabat terbaik Gaddafi di Eropa sampai ia menekan pergolakan pemberontak, yang membuat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan resolusi memerintahkan penggunaan senjata demi melindungi nyawa warga.
Roma memberikan beberapa pangkalan udara bagi pasukan NATO dan menerjunkan delapan pesawat terbangnya untuk misi tersebut, namun mereka hanya ikut dalam pengintaian dan pengawasan. Pemerintah mengatakan bahwa pesawat itu tidak akan menembak.