REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Berdasarkan pengamatan, Senin (18/4) dari robot yang memasuki dua bangunan runtuh di kompleks pembangkit nuklir yang diterjang tsuanami, Fukushima Daiichi, menampilkan lingkungan keras dan berbahaya dengan kontaminasi radioaktif masih tinggi bagi pekerja manusia untuk masuk.
Pejabat urusan nuklir Jepang menyatakan, pembacaan radiasi dari Unit 1 dan Unit 3 di Fukushima Daiichi tidak akan mengubah rencana untuk kembali membuat kompleks stabil hingga akhir tahun ini. "Peta jalan" rencana itu pun telah dirilis oleh operator pembangkit, Senin.
Dengan respon publik yang kian frustasi dengan respon lambat pemerintah terhadap krisis gempa, tsunami dan nuklir, parlemen menyerang Perdana Menteri Naoto Kan dan pejabat dari Tokyo Electrik Power Co (Tepco).
"Anda harus membungkukkan kepala meminta maaf. Anda sama sekali tidak memiliki kepemimpinan," teriak anggota parlemen dari partai oposisi Partai Demokratik Liberal, Masashi Waki, kepada Kan.
"Saya dengan sungguh-sungguh meminta maaf atas apa yang terjadi," jawab Kan seraya menekankan bahwa pemerintah telah melakukan apa yang mampu untuk mengatasi bencana tak diprediksi yang belum pernah dialami tersebut.
Para pekerja belum memasuki dua bangunan reaktor tersebut sejak pertama kali setelah sistem pendingin pembangkit rusak akibat gempa dan tsunami pada 11 Maret lalu. Ledakan hidrogen di kedua bangunan di hari pertama itu pula telah menghancurkan atap dan menghasilkan puing-puing radioaktif.
Robot buatan AS yang mirip lampu meja gambar secara terbata-bata memasukki dua bangunan pada Ahad (17/4) lalu dan membaca temperatur, tekanan serta kandungan radioaktif. Data lebih banyak harus dikumpulkan dan tingkat radiasi harus semakin ditekan sebelum pekerja dimungkinkan masuk ke dalam, ujar Kepala Badan Keamanan dan Industri Nuklir Jepang, Hidehiko Nishiyama. "Sekarang lingkungan di dalam masih terlalu berbahaya bagi manusia untuk bekerja," ujar Nishiyama.
Sementara pejabat TEPCO, Takeshi Makigami, mengatakan robot tersebut mesti merintis jalan bagi pekerja untuk mampu memasuki kembali bangunan tersebut. "Apa yang mampu dilakukan robot sangat terbatas, sehingga pada akhirnya pekerja manusia harus masuk ke bangunan," ujar Makigami.Setelah membaca Unit 1 dan Unit 3, robot tersebut dijadwalkan untuk menginvestigasi Unit 2 hari ini.
Robot-robot yang digunakan di dalam pembangkit, bernama Packbots, dirakit oleh Bedford, perusahaan iRobot asal Massachusetts. Bergerak dengan roda mirip tank, piranti itu mampu membuka dan menutup pintu serta menjelajah ruang-ruang dalam bangunan reaktor dan kembali dengan hasil rekaman radiasi yakni 49 millisieverts per jam di dalam Unit 1 dan 57 millisieverts per jam dalam Unit 3.
Batasan aman bagi pekerja nuklir di pembangkit telah digandakan menjadi 250 millisieverts per tahun. Sementara batas normal adalah 100 milisieverts per tahun dan badan nuklir AS menetapkan batas aman bagi pekerjaanya adalah 50 milisieverst per tahun. Padahal hasil data yang terekam oleh robot adalah 49 hingga 57 milisieverts per jam, lingkungan yang sangat berbahaya bagi pekerja manusia.