Selasa 19 Apr 2011 15:37 WIB
Rep: Agung Sasongko/ Red: Sadly Rachman
REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta - Dalam Alquran, kata masjid diulang 28 kali, ini artinya menandakan penting dan strategisnya posisi masjid dalam pandangan Allah SWT. Sayangnya, masjid yang seharusnya menjadi institusi sosial, distribusi kekayaan dan kebersamaan tidak berjalan optimal.
Berdasarkan data, tahun 2004, jumlah masjid di Indonesia mencapai 700.000 ribu belum termasuk langgar dan mushola yang mencapai jutaan jumlahnya. Ironisnya, berdasarkan catatan penelitian dan pengamatan di lapangan, masjid yang dikelola dengan manajemen profesional belum mencapai 1%. Sebagian besar masjid justru masih dikelola dengan cara konvensional.
Ketua Takmir Masjid Jogokariyan, jogyakarta, Muhammad Jazir mengatakan dalam mengawali upaya menghadirkan masjid sebagaimana fungsi seperti zaman nabi, perlu dirumuskan strategi yang sesuai dengan kondisi kekinian. Manajemen yang baik sangat penting untuk dimunculkan dalam pengelolaan masjid-masjid di Indonesia.
Ia menuturkan sudah seharusnya masjid memberikan apa yang butuhkan umat. Kebutuhan itu tidak melulu soal ritual melainkan bidang lain seperti kesehatan, pendidikan, kesenian, dan sosial.
Jazir berpendapat untuk menggapai tujuan itu tidaklah sulit. Caranya, masjid harus memperhatikan potensi, peluang dan kebutuhan yang dimiliki masyarakat di wilayah Da'kwah masjid.
Jazir pun menilai peradaban masjid tidak memaksa manusia untuk memusnahkan bagian primitif dari otak manusia namun menundukannya di bawah perasaan, akal budi dan keimanan. Maka, sudah sewajarnya, dakwah masjid dengan pengelolaan yang baik tidak bisa dianggap sepele.
Karenanya, untuk memperoleh optimalisasi fungsi masjid, keterlibatan masyarakat untuk memikirkan dan memikul tanggung jawab bersama sangat diperlukan dalam membangun umat ke depan melalui masjid.