REPUBLIKA.CO.ID, Organisasi riset internasional , International Crisis Group (ICG) mengatakan kekerasan
ekstremis di Indonesia, seperti bom bunuh diri minggu lalu pada sebuah masjid di Cirebon, umumnya adalah aksi kelompok-kelompok kecil yang bertindak terpisah dari jaringan teroris yang besar-besar.
ICG dalam laporan hari Selasa mengatakan bahwa pola kekerasan yang bermunculan melibatkan pembunuhan dengan target tertentu bukan pemboman secara “membabi-buta”. Di Indonesia kata pengarang studi itu, kelompok-kelompok kecil cenderung melancarkan rencana pembunuhan yang menargetkan polisi, orang Kristen atau anggota sekte Muslim minoritas.
Laporan ICG yang berbasis di Brussels itu keluar sehari setelah polisi Indonesia mengatakan secara positif mereka telah mengetahui identitas jenazah pembom bunuh diri itu yang membunuh dirinya dan mencederai 30 orang di kompleks masjid yang terletak di halaman Kantor Polisi Cirebon, Jawa Barat. Pihak berwenang mengatakan laki-laki yang tewas itu sudah lama dicari karena melancarkan serangan baru-baru ini di toko yang menjual miras.
Laporan ICG yang berjudul 'Jihad Indonesia: Kelompok Kecil, Rencana-Besar' juga menyebut serangkaian bom surat yang dikirim di Jakarta bulan lalu merupakan bukti pergeseran terorisme pada skala lokal. ICG menganggap kecenderungan ini sebagian karena kesuksesan upaya pemerintah Indonesia memperlemah struktur organisasi teror yang besar-besar.