REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah menegaskan tidak dengan tetap menjalankan skema perdagangan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). Sikap itu juga menegaskan sikap pemerintah yang menutup peluang untuk negosiasi ulang dengan pihak Cina.
"Kita tidak ada pembicaraan negosiasi ulang, tapi kita gunakan instrumen protokol yang ada, terutama pendekatan bilateral dan sebagainya," kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa usai membuka Forum Asosiasi Pengusaha Muda ASEAN-China (ACYEF), Kamis (21/4).
Artinya, Hatta menegaskan, negosiasi ulang itu tidak dilakukan dalam konteks ASEAN. Target pemerintah dalam waktu dekat ini adalah memberi perlindungan kepada industri dalam negeri.
Hatta mengakui ada industri yang terpukul akibat produk Cina. “Kita tetap juga harus memperhatikan, bahwa ada industri-industri kita yang terpukul juga, misalnya ada enam industri kita, alas kaki, tekstil, produk tekstil, dan sebagainya,” ujar Hatta menegaskan.
Meki, Hatta juga mengingatkan sisi positif dari skema ACFTA. "Kalau kita lihat memang sisi positifnya banyak. Volume perdagangan kita meningkat bahkan kita mau targetkan pada angka 50 milyar US dolar dalam waktu cepat dan itu akan tercapai," kata Hatta.
Dalam kesempatan itu, Hatta membantah bahwa pemerintah, khususnya Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dan Menperindustrian MS Hidayat tidak kompak. “Bukan tidak kompak, (mereka) kompak. Kadang-kadang bahasanya saja yang beda,” kata Hatta.