Selasa 26 Apr 2011 17:48 WIB

Skandal 'Three Cups of Tea', Greg Mortensen Dituding Tulis Kisah Palsu

Three cups of Tea
Foto: Elycefeliz/Flickr.com
Three cups of Tea

REPUBLIKA.CO.ID, LOUISVILLE, KENTUCKY - Setiap tahun, Universitas Louisville menganugerahkan lima penghargaan Grawemeyer Awards masing-masing sebesar 100 ribu dolar. Sebagain besar dari penerima bukanlan selebriti, melainkan tokoh akademis dengan prestasi istimewa dalam keilmuan dan kepakarannya.

Mikhail Gorbachev, yang memenangkan satu penghargaan pada 1994, jenis penerima yang langka, juga salah satu bintang global. Kali ini, kampus itu kembali menominasikan satu nama tersohor dan setelah kandidat diterima dengan baik dalam proses seleksi, universitas telah mengumumkan pada 14 April lalu bahwa Greg Mortenson, pengarang buku Three Cups of Tea, menjadi pemenang dalam penghargaan Grawmeyer 2011 bidang edukasi

Namun, dua hari kemudian, universitas tersebut, seperti juga seluruh warga lain, menyaksikan pemaparan dalam siaran CBS, "60 Minutes" yang menuduh bahwa sebagian besar episode dramatik dalam buku laris serta sekuel popularnya tidaklah akurat, bahkan sebagian besar hasil rekayasa. Tak hanya itu, cara Mortenson menjalankan lembaga nirlabanya, Institut Asia Tengah (CAI) dan cara mengejar tujuan dalam pembangunan sekolah dan mendidik gadis di Afghanistan dan Pakistan, juga dipertanyakan.

Pengarang ternama, Jon Krauker (penulis Into Thin Air) dalam "60 Minutes" yang disiarkan Ahad, berkata kepada pembawa acara, Steve Kroft, "Kisah itu memang indah dan itu bohong."

Krakauer seorang pendaki dan mantan pedonor di yayasan Mortenson. Menurut CBS, Krakauer  dulu adalah salah satu pendukung Mortenson dan mendonasikan 75 ribu dolar untuk kampanyenya. Namun, ia menarik dukungannya dengan alasan yayasan itu telah salah dikelola.

Ia juga menuding Mortenson tidak mengunjungi Korphe pada 1993, setelah ia gagal memanjat K2. Pasalnya warga local 'memiliki sistem penanda waktu yang sepenuhnya berbeda' ketimbang Barat, sehingga mereka tidak akan mampu mengenali kapan tepatnya ia berkunjung.

"60 Minutes" juga mempertanyakan kebenaran episode lain dalam buku, termasuk kisah penculikan pada 1996 di wilayah suku Pakistani terpencil, Waziristan di sepanjang perbatasan Afghanistan.

Padahal kisah itu adalah salah satu episode yang dianggap lebih menarik dalam "Three Cups of Tea". Dalam satu bab yang memuat kisah itu, Mortenson mendeskripsikan bagaimana ia diculik oleh anggota suku Waziri dan ditahan dalam penjara sementara dibawah acungan penjaga bersenjatakan Kalashnikov. Ia ditahan selama hari, setelah itu ia tiba-tiba dibebaskan.

Universitas masih belum memutuskan apakah akan menarik kembali penghargaan, demikian ujar direktur eksekutif penghargaan Allan Dittme. Penghargaan itu sendiri diambil dari nama salah satu alumni. H. Charles Grawemeyer.

Mortenson, juga pernah dinominasikan sebagai peraih Nobel Perdamaian beberapa tahun lalu. Ia tetaplah sosok sangat kesohor di kalangan ribuan orang yang terlibat dalam CAI dan kampanye (Peny untuk Perdamaian).Kampanye itu juga mendorong anak-anak sekolah Amerika mendonasikan uang receh mereka kepada si pengarang untuk mewujudukan tujuannya.

Presiden Obama pernah merogoh 100 ribu dolar dari koceknya sendiri yang ia peroleh dari penghargaan Nobel Perdamaian kepada CAI. "Banyak pertanyaan kini mencuat dan saya kira mereka akan lebih berhati-hati," ujar Dittmer kepada Time. "Kita harus menunggu untuk melihat apakah ia benar, jika tidak maka kita mungkin akan mengambil keputusan sulit."

Selain investigasi 60 Minutes yang tayang pada 17 April lalu, ada pula detail dan dokumentasi yang dipublikasikan juga oleh Krakauer dalam sebuah buku digital yang terbit pada 18 April lalu oleh Byliner Originals.

Beberapa klaim tersebut menyatakan bahwa Mortenson mencampur adukkan dua kota di Kashmir yang dikuasai Pakistan. Ia juga dituding mengingkari janji terhadap kota pertama yang ia datangi untuk membangun sekolah pertamnya.

Dokumen itu menuturkan Mortenson telah mengubah tempat yang awalnya berkesan hangat, sering dikunjungi santai dengan suku-suku di perbatasan di Pakistan, menjadi lokasi penculikannya oleh Taliban, meski tak ada Taliban di area itu pada waktu yang disebutkan oleh Mortenson.

Muncul pula tuduhan lain seputar rekaman keuangan yang berpotensi menjadi mimpi buruk. Auditor internal kini takut Mortenson terancam membayar 23 juta dolar untuk pajak tertunda akibat 'keuntungan berlebih' yang diperoleh dari pendanaan CAI.

sumber : Times/CNN
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement