REPUBLIKA.CO.ID, Aisha el-Qaddaf, pengacara perempuan 36 tahun yang merupakan anak pemimpin Libya Muammar Qaddafi mengatakan kepada The New York Times dalam wawancara ekskusifnya bahwa dirinya sering bercerita kepada tiga anaknya menjelang tidur tentang hidup setelah mati, terutama selama dalam keadaan perang seperti di Libya saat ini.
"Itu untuk membuat mereka siap," ujarnya Rabu (27/4). "Karena dalam keadaan perang anda tidak tahu jika tiba-tiba roket atau bom mengenai anda, dan itu akan menjadi akhir hidup anda," sambungnya lagi.
Qaddafi, yang merupakan salah satu orang yang mendukung tim Saddam Hussein, membandingkan serangan NATO di Libya dengan invasi Amerika Serikat di Irak, memprediksi bahwa sisuasi akan bertambah buruk bagi Libya di kedepannya.
"Oposisi di Irak mengatakan kepada Barat bahwa ketika anda datang ke Irak, mereka akan menyambutnya dengan bunga," ungkapnya.
"Hampir sekitar 10 tahun lalu mereka menembaki Barat dengan peluru, dan percaya kepada saya, situasi di Libya akan bertambah buruk," tuturnya.