REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON--Militer AS menyatakan, Jumat, korban tewas serangan pekan ini di sebuah pusat pelatihan di Kabul sebagian besar adalah perwira angkatan udara yang memiliki karir panjang di militer. Pentagon mengumumkan nama dan pangkat delapan prajurit yang tewas Rabu ketika seorang mantan pilot Afghanistan memberondongkan tembakan setelah perselisihan.
Seorang kontraktor sipil, yang dulu perwira militer, juga tewas dalam serangan itu. Korban tewas mencakup empat mayor angkatan udara, seorang letnan kolonel, dua kapten dan seorang sersan mayor. Mereka yang tewas adalah Mayor Philip Ambard (44), seorang profesor bahasa di Akademi Angkatan Udara; Mayor David Brodeur (34), seorang pilot pesawat F-16; Mayor Jeffrey Ausborn (41), dari Skwadron Pelatihan Terbang 99 di Texas; dan Mayor Raymond Estelle (40), yang telah 20 tahun bertugas di angkatan udara, menurut surat kabar the Stars and Stripes.
Korban-korban tewas lain adalah Letnan Kolonel Frank Bryant (37); Kapten Nathan Nylander (35); Kapten Charles Ransom (31); dan Sersan Mayor Tara Brown (33). Insiden itu merupakan serangan terburuk terhadap militer AS di Afghanistan dalam beberapa tahun ini dan yang paling mematikan bagi pasukan asing dalam satu insiden tunggal sejak September, ketika sembilan prajurit koalisi tewas dalam kecelakaan helikoper.
Serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian serangan gerilya yang bermunculan lagi di sejumlah daerah di Afghanistan. Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.
Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org. Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.
Pemimpin Taliban Mullah Omar telah menyatakan, pihaknya meningkatkan serangan taktis terhadap pasukan koalisi untuk memerangkap musuh dalam perang yang melelahkan dan mengusir mereka seperti pasukan eks-Uni Sovyet. Saat ini terdapat lebih dari 150.000 prajurit yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi gerilyawan Taliban.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mencakup puluhan ribu prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.
Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.