REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI – Sejumlah wartawan senior Timur Tengah menolak anggapan bahwa aktivis-aktivis Al-Qaidah akan muncul dan membalas dendam atas kematian Osama bin Laden akibat serangan pasukan AS di Pakistan.
Menurut mereka, hal ini dapat dilihat dari fakta bahwa pemberontakan rakyat populer di Timur Tengah telah menjadi sebuah alternatif pengganti kekerasan dan terorisme. Revolusi damai ini juga telah mengubah pemahaman-pemahaman yang salah, dan menunjukkan kegagalan terorisme.
Dengan demikian, bara kekerasan yang terdapat dalam ideologi Bin Laden telah padam. Pendapat ini mengemuka dalam dialog antara Zamil Mahmoud Al-Waruari dan Khaled Bathir yang digelar televisi Al-Arabiya, Senin (2/5).
Menurut Khaled, aktivitas Bin Laden dan evolusi karakternya pada tahapan-tahapan hidupnya, tak diragukan lagi merupakan dampak dari sesuatu yang memengaruhi kepribadiannya sebagaimana yang kita lihat sekarang. "Walau demikian, tidak semua hal akan berakhir sama di masa mendatang," ujarnya.
Khaled menjelaskan, ada tiga tahapan penting evolusi kepribadian Bin Laden. Pertama, adalah ketika ia pindah ke Afghanistan untuk menyediakan infrastruktur bagi Mujahidin dan menjalankan proyek kemanusiaan. "Pada tahap inilah karakter Osama berubah, di mana ia memutuskan untuk berpartisipasi aktif dalam jihad dan kemudian menjadi pemimpin Mujahidin Arab di Afghanistan," kata Khaled.
Tahap kedua, lanjut Khaled, adalah ketika jihad melawan invasi Soviet berakhir,
dan keberadaan Mujahidin Arab mulai diragukan dan dicurigai di banyak negara, karena beberapa di antara mereka yang kembali dari Afghanistan, melakukan serangkaian aksi terorisme di sejumlah negara, termasuk Mesir.
Setelah itu, Bin Laden kemudian pindah ke Yaman. Ia juga menerima undangan dari pemimpin Sudan, Hassan Al-Turabi di Sudan, dan mendirikan sejumlah proyek dan investasi di bidang pertanian di Sudan. Namun pada saat yang sama, ia mendirikan kamp Arab Afghanistan di Sudan. Dari sinilah muncul perselisihan antara Osama dan pemerintah Sudan. Karena menolak menghentikan kegiatannya, ia pun keluar dari Sudan.
Tahap terakhir, kata Khaled, adalah kemarahan Osama bin Laden terhadap pemerintah Sudan yang menjual proyek-proyeknya ke pemerintah AS yang waktu itu dipimpin Bill Clinton. "Sudan mendepak Osama, investasi, harta kekayaan dan rumahnya disita. Osama menjadi manusia tanpa kewarganegaraan. Ia pun menjalani lelaku hidup dalam kemiskinan di gua-gua atau bekas pangkalan militer Soviet di Afghanistan," pungkasnya.