Kamis 05 May 2011 17:09 WIB

Diplomat Eropa: Soal ACFTA, Jangan Salahkan Produk Cina

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Demonstrasi menolak ACFTA
Demonstrasi menolak ACFTA

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Seorang diplomat senior Eropa mendesak Indonesia tidak panik dan berlebihan dalam menanggapi defisit yang diderita Indonesia dari hubungan dagangnya dengan Cina. Saran itu terutama menyangkut penerapan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA) pada 2010.

"Perdagangan bukan politik. Itu adalah hubungan antarmasyarakat, jadi jangan salahkan siapa-siapa jika orang Indonesia membeli lebih banyak produk dari Cina," kata Jan Willem Blankert, Penasehat Khusus Uni Eropa untuk hubungan dengan ASEAN, di sela-sela ASEAN - European Union Summit di Jakarta, Kamis.

Menurut diplomat yang telah dua tahun bertugas di Indonesia itu, para pengusaha yang tersisih dalam hubungan perdagangan Indonesia - Cina, cenderung mengadu ke pemerintah dan media. Padahal ia menilai banyak juga pengusaha yang diuntungkan oleh perdagangan dengan Cina itu.

Neraca perdagangan Indonesia dan Cina memang mengalami ketimpangan, sejak 2010 ketika ACFTA mulai diterapkan. Menurut data Badan Pusat Statistik, hingga Maret 2011 nilai ekspor nonmigas Indonesia ke China mencapai 3,6 milliar dolar AS, sementara impor dari Cina mencapai 5,3 milliar dolar AS, sehingga Indonesia mengalami defisit perdagangan 1,7 miliar dolar AS.