REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD - Amerika Serikat dan Pakistan masih saling "memperebutkan" Amal al Sadah, wanita yang tertembak kakinya saat penyergapan di rumah persembunyian Osama bin Laden. Media menyebut, wanita berkebangsaan Yaman bersuaia 27 tahun itu adalah istri termuda Osama.
Amal al Sadah bergegas dalam upaya putus asa untuk melindungi suaminya dalam serangan hari Ahad. Dia tertembak kakinya, sementara Osama tertembus peluru di dada dan kepalanya. Media barat awalnya menyebut, ia digunakan Osama sebagai "perisai hidup".
Gedung Putih telah mengonfirmasi bahwa Osama bin Laden tidak bersenjata ketika ia dibunuh dan bahwa istrinya Amal Al-Sadah tidak digunakan sebagai perisai manusia.
Kini al sadah berada dalam pengawasan militer Pakistan. Ia terjebak dalam "pertempuran" diplomatik antara Pakistan dan Amerika Serikat. Para pejabat Pakistan menolak izin Amerika untuk menginterogasi dia di rumah sakit militer di Rawalpindi di mana dia sedang dirawat karena luka tembak di betis.
Semula, ia akan dibawa terbang dengan helikopter meninggalkan lokasi penyergapan. Namun, helikopter yang sedianya membawanya mengalami kecelakaan, jatuh tak jauh dari kompleks rumah sewanya.
Amal al Sadah baru berusia 17 tahun ketika dia dan bin Laden menikah di Afghanistan. Dia lahir di Yaman dan perkawinan itu dilaporkan diatur untuk memperkuat hubungan para teroris dengan negara-negara Teluk.
Bin Laden telah mengirimnya pulang ke Yaman demi keselamatannya sendiri. Tapi entah kenapa dia kembali meski di bawah pengawasan.
Dia sudah mengatakan kepada para penyelidik Pakistan mereka telah tinggal di kompleks itu sejak tahun 2005.
Pakistan mengatakan bahwa Al Sadah akan dikirim kembali ke Yaman setelah ia pulih. Langkah ini akan mencegah AS dari menginterogasinya tentang awal mula keberadaan bin Laden di Pakistan. kabar yang beredar, Dinas Intelijen Pakistan (ISI) tidak ingin rincian hubungan antara Pakistan dan Al Qaeda terbongkar dari mulutnya.