REPUBLIKA.CO.ID, ABBOTTABAD - Militer Pakistan mengatakan akan mempertimbangkan kembali kerja sama anti-terorismenya dengan Amerika Serikat kalau Washington melancarkan serangan sepihak lain seperti yang menewaskan Osama bin Laden.
Pembunuhan Osama, yang dianggap berdarah dingin oleh pejabat Pakistan, menciptakan ketegangan hubungan antara Washington dan Islamabad. Padahal Washington masih membutuhkan 'jasa' Pakistan dalam memerangi Al-Qaidah di Afghanistan.
Banyak pihak di Amerika mempertanyakan bagaimana pemimpin Al-Qaidah tersebut dapat tinggal selama bertahun-tahun dengan nyaman di kota garnisun di dekat Islamabad. Sebagian malah menyerukan penghentian bantuan AS, yang bernilai miliaran dolar AS.
Sementara itu Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, yang berusaha memperbaiki hubungan, mengatakan Washington masih ingin mempertahankan persekutuannya dengan Islamabad.
"Itu tak selalu jadi hubungan yang mudah," kata Hillary. "Tapi sebaliknya, itu adalah hubungan yang produktif buat kedua negara kami dan kami akan melanjutkan kerja sama antara pemerintah kami, militer kami, lembaga pelaksana hukum kami."
Satu partai Islam utama di Pakistan, Jamaat-e-Islami, menyerukan protes massal pada Jumat (6/6) guna menentang apa yang disebutnya pelanggaran atas kedaulatan Pakistan oleh serangan AS tersebut. Partai itu juga mendesak pemerintah agar mengakhiri dukungan bagi perang AS melawan gerilyawan.