Jumat 06 May 2011 13:36 WIB

Prancis Ancam Akui Negara Palestina Jika Perundingan Damai Israel-Palestina Tak Berjalan September

Rep: Yogie Respati/ Red: Siwi Tri Puji B
Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy (kiri), dan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, melakukan pertemuan di Paris.
Foto: AP/Michel Euler
Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy (kiri), dan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, melakukan pertemuan di Paris.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Dukungan pengakuan berdirinya negara Palestina semakin meluas. Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy, menyatakan dukungannya terhadap kemerdekaan Palestina jika perundingan perdamaian dengan Israel tidak dimulai pada September.

Berbicara kepada majalah L’Express, Sarkozy menuturkan jika pembicaraan antara Israel dan Palestina tidak mencapai kesepakatan pada musim panas, Prancis akan membantu Palestina mendapatkan pengakuan sebagai negara utuh. “Ide bahwa kita masih memiliki waktu adalah ide yang berbahaya, kita harus menyelesaikannya,” kata Sarkozy, Kamis (5/5).

Pernyataan Sarkozy serupa dengan pesan yang telah disampaikan Perdana Menteri Inggris, David Cameron. Sarkozy menuturkan Eropa kini akan beringsut mendukung berdirinya Palestina kendati tidak ada kesepakatan damai dengan Israel.

Sarkozy pun menyampaikan pernyataannya itu sebelum bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu. Netanyahu diketahui sedang berkeliling Eropa melobi sejumlah negara untuk menolak rekonsiliasi Palestina.

Sejauh ini, upaya Netanyahu belum mendapat kemajuan. Pemerintahan negara Barat telah meminta Hamas untuk lebih memoderatkan pandangannya, dan juga mendorong Israel untuk berdamai. “Perdamaian hanya terjadi melalui negosiasi ‘antara Israel dan Palestina’, bukan diktat Perserikatan Bangsa-Bangsa,” kata Netanyahu.

Menurutnya, Hamas pun tetap berkomitmen untuk melakukan terror. "Sebenarnya, apa yang sedang dibicarakan (oleh Palestina) hari ini adalah untuk menciptakan negara Palestina dan ingin mengusir Israel ke laut,” ujar Netanyahu.

Ia menuturkan jika negara Palestina bersatu untuk perdamaian, pihaknya akan menjadi orang pertama yang mendukungnya. Tapi, lanjut Netanyahu, jika persatuan dilakukan untuk menjauhi perdamaian dan bertempur memberantas Israel, pihaknya akan menentang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement