REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Barat memberi pernyataan jelas bahwa mereka tidak akan meninggalkan Afghanistan setelah menyerahkan sepenuhnya keamanan kepada pasukan lokal pada 2014. Alasan mereka, itu berisiko memunculkan pertempuran lebih lanjut di kawasan itu terutama dari pihak Taliban yang nekad, demikian menurut komandan pasukan Inggris.
Dalam wawancara pertama sejak menjadi pemegang komando kedua pasukan Pasukan Bantuan dan Keamnanan Internasional (ISAF), Jenderal James Bucknal, seperti yang dikutip Guardian, (11/5) berkata, "Ini adalah waktu untuk bisa berkedip kembali," ujarnya. Ia juga meminta kesabaran semua pihak terhadap perang berkepanjangan ini lagi pula, imbuhnya, kemajuan besar telah dicapai.
Bucknall berbicara di tengah situasi sulit di Kabul, mengenai masa depan ketika pasukan koalisi NATO mulai ditarik mundur bertahap tahun ini. Kegelisahan kian akut semenjak kematian Osama bin Laden, dan efek potensial itu bisa jadi timbul dari kebijakan AS.
AS sejauh ini telah mengucurkan dana untuk upaya tersebut hingga 100 milyar dolar selama setahun dan kini sedang menegosiasikan strategi kemitraan terbaru dengan Presiden Hamid Karzai.
Salah satu sumber diplomatik, yang tak ingin diungkap namanya berkata, "Afghanistan telah menjadi pusat dunia selama 10 tahun terakhir. Kini tidak lagi dan dompet dari pedonor segera akan mengetak. Lagi pula penarikan militer internasional akan dimulai. Itu berarti hanya ada periode terbatas untuk pendanaan upaya nonmiliter.
"Setelah ini, banyak rakyat Afghan takut mereka akan ditinggalkan lagi. Komunitas Internasional akan mengatakan 'tugas telah selesai' dan itu bisa diartikan "Kondisi Afghan cukup baik".
Namun, Bucknall mengingatkan bahwa Taliban akan datang kembali dengan pukulan keras yang mereka mampu pada musim panas tahun ini. Pemberontakan itu, imbuhnya, tidak lantas akan berakhir hingga 2014 nanti ketika seluruh pasukan asing ditarik dan pasukan Afghan mengambil alih sepenuhnya atas keamanan negara.
Bucknall mengatakan pasukan Inggris kemungkinan besar akan tetap berda di Afghanistan untuk beberapa tahun ke depan setelah 2014, meski dengan peran berbeda. Salah satu kabar baik dari militer adalah jumlah pemberontak yang bergabung proses rekonsiliasi dan rehabilitasi, yang memungkinkan mereka pulang kembali ke desa dengan harga diri jika mereka berhenti bertempur.
Hanya dalam enam pekan terakhir, jumlah pendaftar dari pasukan pemberontak telah mencapai 1.300 dan kini menuju 2.000 orang. Tapi tak dipungkiri, para diplomat juga merasakan kegelisahan rakyat Afghan terhadap masa depan dan mereka membutuhkan kepastian.
Ketua perwakilian sipil NATO di Afghanistan, Simon Gass, berkata ada kebutuhan bagi NATO, AS, dan negara lain untuk 'mendefinisikan' hubungan pasca-2014 dengan Afghanistan.
"Kita perlu memberi jaminan kepastian bagi rakyat Afghan bahwa mereka akan tetap dipedulikan. Kita perlu menciptakan kerangka kerja dan memunculkan kepercayaan bahwa mereka tak akan ditinggalkan,"
Sementara duta besar Inggris untuk Kabul, Sir William Patey, menambahkan, "Kita akan membantu mereka dalam hal memperdekat jurang antara kondisi riil yang mereka mampu dengan yang mereka butuhkan. Ini adalah bagian komitmen diluar 2014."