REPUBLIKA.CO.ID,GAZA--Dr. Yusuf Rizqah, Penasehat politik PM, menegaskan bahwa pertemuan lalu di Kairo sama sekali belum membahas bahwa Mahmud Abbas akan menjadi Presiden Palestina.
Dalam salinan pernyataan yang diterima Pusat Informasi Palestina, Kamis (12/5) Rizqah menyatakan bahwa statmen media yang menyatakan Abu Mazin (Abbas) sebagai Presiden mendatang dan Haniyah sebagai wakil di Gaza dan Fayyad di Tepi Barat, hanya issu media, sebab hal ini sama sekali belum dibahas sebelumnya.
Rizqah menjelaskan bahwa mayoritas rakyat Palestina di Gaza dan Tepi Barat masih memantau antara bimbang dan senang, mereka ingin melihat segera bukti nyata di lapangan secara jujur dan bersih. Sebab para tawanan politik masih mendekam di penjara dan yayasan-yayasan Hamas masih ditutup di Tepi Barat. Hal ini menambah bingung warga secara umum. Mahmud Abbas dituntut mengambil langkah nyata menciptakan suasana untuk menyukseskan consensus nasional.
Rizqah menyerukan kepada pihak penandatanganan rekonsiliasi untuk segera merealisir kesepakatan di lapangan yang dapat mendukung kepentingan rakyat Palestina, dan menutup kesempatan Israel menggagalkan rekonsiliasi ini.
Ia menyebutkan kekhawatiran rakyat Palestina akan kegagalan proyek ini, dan kembali ke belakang yang akan menjadi tanggung jawab segenap pihak yang menandatangani rekonsiliasi, atau menjadi sasaran eksternal terutama Israel dan intervensi Amerika.
Rizqah menambahkan, rakyat Palestina harus terus mengambil pelajaran dari kesepakatan Mekah yang tidak mampu bertahan lama, ia meminta supaya rekonsiliasi ini dipertahankan dan tidak kembali ke belakang bagaimanapun caranya.
Menurutnya, rakyat Palestina dengan karakter individunya selalu waspada, kewaspadaan merupakan bagian dari kehidupan rakyat Palestina, di dalam maupun di luar Palestina.