REPUBLIKA.CO.ID,DEPOK--Adanya kabar mengenai gempa sebesar 8,7 skala richter (SR) yang akan mengguncang Jakarta dan sekitarnya ternyata tak hanya berdampak kepanikan. Andi Arief, staf khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana mengatakan isu tersebut juga dapat menekan tindak korupsi yang ada di Indonesia.
Menurut Andi, dengan adanya isu ini pemerintah akan lebih berhati-hati lagi memperhitungkan anggaran untuk membuat berbagai bangunan. Selain itu, para kontraktor yang mendapat proyek juga akan lebih jeli dan teliti dalam membuat atau merancang bangunan baru. “Jadi tidak bisa asal-asalan lagi, kalau tidak mau bangunan setelah diguncang gempa jadi roboh,” ujarnya, Kamis (19/5) usai mengisi kuliah umum mengenai ketangguhan masyarakat dalam penanganan bencana di Universitas Indonesia (UI).
Ia juga mengatakan, tanah di Jakarta ini labil, sehingga percepatan rambatan dari tanah ke banguna sangat cepat. Hal itu menyebabkan Indonesia tidak bisa lagi menggunakan standar gedung dengan ketahanan 0,1 atau 0,2 ground acceleration atau percepatan gempa di permukaan tanah. “Kalau dulu 0,1 atau 0,2 masih bisa. Tapi sekarang sudah harus menggunakan standar 0,3,” katanya.
Menanggapi berbagai dampak yang diterimanya akibat isu tersebut, Andi hanya mengatakan menyebarkan segala sesuatu yang baru memang memiliki risiko tersendiri. Ia menuturkan, lebih baik tahu sumber bencana sejak dini agar lebih berhati-hati lagi.
Belum ada prediksi waktu mengenai kapan akan terjadinya gempa besar yang berpotensi tsunami ini. Ia juga tidak berani menyebutkan waktu yang pasti mengenai informasi yang telah disebarkannya ke publik beberapa waktu lalu. “Belum ada satu teknologi pun yang dapat menentukan kapan waktunya. Namun kita bisa melihat beberapa gejala awal terjadinya gempa,” jelasnya.
Selain itu, ia juga mengomentari mengenai tindakan Fauzi Bowo pasca adanya penyebaran isu ini ke masyarakat. Andi mengatakan, jika Gubernur DKI itu harus dapat mencari jalan keluarnya, meski bukan ahli gempa. Menurutnya, masyarakat atau pemerintah tak perlu khawatir isu mengenai gempa ini akan mengurangi investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia.
Ia mencontohkan San Fransisco yang tetap ramai oleh investor meski juga pernah mengalami guncangan gempa besar. Ia berpendapat, hal tersebut karena persiapan infrastrukturnya yang bagus sehingga tak membuat investor khawatir.
Ia juga mengatakan, Indonesia juga seharusnya menyikapi isu ini dengan bersikap lebih hati-hati. “Biarlah awalnya terjadi kepanikan. Kita harus mulai membiasakan diri melihat sciencetifik yang bicara dulu. Jangan pas sudah gempa baru dipelajari,” ujarnya santai.