REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- Anggota DPR RI Dedy Gumelar menilai kegagalan kongres PSSI juga menjadi tanggungjawab kelompok 78. Ia menilai kelompok ini telah menyebabkan deadlock dengan terus mempertanyakan status calon ketua umum PSSI George Toisutta-Arifin Panigoro (GT-AP).
Pernyataan ini disampaikan Dedi Gumelar saat dihubungi Republika, Sabtu (21/5). Dedi menegaskan apa yang dilakukan Kelompok 78 hanya mengedepankan kepentingan kelompok melalui medium demokrasi. Dedi juga menyayangkan kengototan Kelompok 78 untuk memaksakan dukungan pada pasangan calon GT-AP.
Padahal permohonan banding yang diajukan tim sukses GT-AP kepada badan arbritase olahraga internasional atau CAS (Court Arbitration of Sport) sudah ditolak oleh CAS. "Artinya, secara hukum keputusan ini sudah tidak bisa digugat lagi. Sudah final," tegasnya.
Politikus yang dulunya sebagai seniman ini menganggap apa yang dilakukan Kelompok 78 hanya untuk membela kepentingan juragan baru saja. "Setelah era Nurdin habis, tampaknya mereka hanya mementingkan kepentingan juragan barunya," ucapnya.
Mengenai penolakan FIFA terhadap GT-AP, Dedi mengatakan bahwa alasannya sudah jelas. Menurutnya, kesalahan terbesar calon tersebut yaitu adanya Liga Primer Indonesia (LPI) yang telah dilarang FIFA. "Bagi FIFA, ada liga tandingan di samping liga yang sudah diakui adalah tabu hukumnya," tegas Dedi.
Akibat kekisruhan ini, Dedi mengkhawatirkan sangsi FIFA yang sudah di depan mata. Bila hal ini benar terjadi, Dedi membayangkan masa depan yang suram bagi persepakbolaan Indonesia. Kejadian yang mungkin terjadi pasca turunnya sangsi FIFA adalah dilarangnya pemain asing main di Indonesia, Indonesia akan terkucilkan dari even-even sepak bola internasional baik tingkat klub atau nasional, dan pelarangan hak siar liga-liga dan even sepak bola dunia.
"Yang paling di depan mata ya kita akan menjadi penonton di rumah sendiri untuk cabang sepak bola Sea Games besok," ungkap Dedi. Bila sangsi benar-benar diturunkan FIFA, Dedi mengajak masyarakat untuk beramai-ramai menuntut kepada Kelompok 78.
"Saya minta pada media untuk membeberkan siapa saja yang ikut di Kelompok 78, kalau perlu lengkap dengan alamatnya. Biar kita beri sangsi moral kepada mereka," imbuh Dedi. Politikus yang beken disapa Miing ini menganggap perlunya intervensi pemerintah.
"Saya semalam (Jumat malam-red) sudah telpon Menpora untuk terjun membantu masalah ini," akunya. Hal ini karena keadaan yang sekarang sudah keterlaluan. Dedi mengaku malu dan prihatin dengan musibah yang terjadi di tubuh PSSI. Kejadian yang menurutnya tidak pantas lagi terjadi di era persepakbolaan yang modern dan beradab. "Kalau memang mau memperbaiki, jangan dengan cara ngotot seperti ini," ucapnya.