REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pelaku penembakan polisi di Palu, Sulawesi Tengah empat hari lalu, diduga merupakan sempalan kelompok Negara Islam Indonesia (NII). Pengamat teroris, Alchaidar, mengungkapkan mereka masih merupakan anggota Komite Penanggulangan Krisis (Kompak) yakni faksi NII di Sulawesi Selatan.
"NII memanfaatkan jamaah untuk melakukan pencurian kecil-kecilan," jelas Alchaidar, Ahad (29/5).
Menurut dia, kelompok ini terinspirasi dari tokoh NII Kartosuwiryo dan Kahar Muzakkar. Selain itu, faksi ini juga terinspirasi dari kelompok gerakan di Mindanao. "Mindanao ini jauh lebih brutal ketimbang di Jawa," ujarnya.
Alchaidar menduga saat ini mereka melakukan penyerangan untuk menunjukkan eksistensinya setelah adanya dominasi NII Komandemen Wilayah (KW) IX oleh negara. Menurutnya, faksi ini kecewa setelah adanya fitnah terus-menerus yang dilakukan oleh NII KW IX terhadap NII yang sebenarnya. Fitnah tersebut, tuturnya, berupa cuci otak yang dilakukan oleh KW IX dan digeneralisasi sebagai perbuatan NII.
Pada Rabu (25/5) lalu, tiga polisi ditembak empat orang tak dikenal. Dua korban meninggal dunia karena tertembak di bagian dada dan kepala, yakni Bripda Prawira dan Bripda Gustiar Yudhistira. Satu anggota lainnya, Bripda Deddy Edwar mengalami luka akibat diberondong tembakan di depan Bank Central Asia (BCA), Palu, di Jalan Emy Saelan jam 11.30 Wita.
Kurang dari 12 jam setelah kejadian, polisi berhasil menangkap dua tersangka lainnya yakni F (23) dan H (27). Polisi berhasil menyita senjata tipe M16 dan V2 dari tangan tersangka.