Selasa 31 May 2011 20:54 WIB
Gunung Dieng

Gas Beracun Dikhawatirkan Juga Muncul dari Rekahan

Asap mengandung gas karbondioksida CO2 menyelimuti permukaan kawah Timbang di dataran tinggi Dieng Dusun Simbar, Batur, Banjarnegara, Jateng, Selasa (31/5).
Foto: Antara
Asap mengandung gas karbondioksida CO2 menyelimuti permukaan kawah Timbang di dataran tinggi Dieng Dusun Simbar, Batur, Banjarnegara, Jateng, Selasa (31/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengkhawatirkan gas beracun CO2 tidak hanya muncul dari Kawah Timbang, Gunung Dieng, tetapi juga dari rekahan akibat gempa.

"Oleh karena itu, kami berkoordinasi dengan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) untuk menambah dusun yang diungsikan, yakni Simbar dan Serang," kata Kepala PVMBG, Surono, di Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, Desa Karangtengah, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Selasa.

Dengan meningkatnya energi gempa bumi yang sampai sekarang masih terjadi, kata dia, tekanan dari dalam tubuh Gunung Dieng akan semakin meningkat sehingga gas beracun tersebut dikhawatirkan tidak hanya keluar dari Kawah Timbang tetapi juga dari rekahan-rekahan di dua dusun itu.

Terkait hal itu, dia mengatakan, pihaknya pada Selasa dinihari, sekitar pukul 01.00 WIB, melakukan pengecekan terhadap jalur utama Batur-Wonosobo terhadap kemungkinan adanya gas beracun. "Dalam pengecekan tersebut, ternyata tidak dijumpai gas-gas berbahaya. Oleh karena itu, kami tidak menutup jalan itu," katanya.

Disinggung mengenai konsentrasi gas CO2 yang dikeluarkan Kawah Timbang, dia mengatakan, sejak statusnya ditingkatkan menjadi waspada pada 23 Mei 2011 yang berlanjut menjadi siaga pada 29 Mei 2011, konsentrasi CO2 saat ini meningkat hingga 10 kali lipat.

Dalam hal ini, kata dia, konsentrasi pada awal status waspada masih mencapai 0,1 persen volume dan saat ini mencapai satu persen volume. "Tadi pagi, baru pertama kali dalam krisis Dieng ini terjadi hembusan (gas) berturut-turut mulai pukul 08.59 WIB, yang tadinya (konsentrasi) gas hanya tujuh kali lipat, langsung naik menjadi 10 kali lipat," katanya.

Disinggung mengenai kemungkinan peningkatan aktivitas di Kawah Timbang akan berpengaruh terhadap kawah lainnya, dia mengatakan, hal itu kecil kemungkinan dapat terjadi. "Kalau gasnya bisa lewat dari Kawah Timbang, kenapa harus cari jalan (kawah) lain, kecuali kalau tersumbat," katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement