Rabu 01 Jun 2011 11:06 WIB

Pancasila Diabaikan Masyarakat, Marzuki Ali Salahkan Reformasi 1998, Lho?

Marzuki Alie
Foto: Republika/ Yogi Ardhi
Marzuki Alie

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Ketua DPR Marzuki Alie mengusulkan agar lembaga-lembaga negara di Indonesia melakukan revitalisasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Bangsa Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang ramah, saat ini telah berubah menjadi bangsa yang mudah marah, bertindak anarkis, dan munculnya gerakan separatisme yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila," kata Marzuki Alie di Gedung MPR/DPR/DPR , Jakarta, Rabu.

Marzuki Alie mengatakan hal itu ketika dimintai tanggapannya mengenai peringatan Hari Pancasila pada 1 Juni 2011.

Menurut dia, Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia yang menjadi ideologi bangsa ini dan menjadi sumber dari segala sumber hukum, yang termaktub pada pembukaan UUD 1945.

Namun, Pancasila menjadi menjadi terabaikan sejak bergulirnya reformasi di Indonesia pada 1998 . Marzuki menjelaskan, setelah reformasi MPR melakukan amandemen konstitusi dan bahkan sampai empat kali amendemen.

"Setelah dilakukan amandemen, Pancasila tidak tergambarkan dan tidak terimplementasikan dalam batang tubuh konstitusi kita, apalagi dalam UU sebagai implementasi dari konstitusi tersebut," katanya.

Dengan semakin kaburnya nilai-nilai Pancasila, kata dia, saat ini setiap kali membicarakan UU sering melupakan masalah keadilan. Karena itu, kata dia, pimpinan lembaga-lembaga negara penting untuk merevitalisasi Pancasila, tapi tidak dengan pola-pola seperti di zaman orde baru..

"Kita harapkan kehidupan berbangsa dan bernegara ke depan, betul-betul berlandaskan kepada nilai-nilai luhur sebagaimana yang tercantum dalam Pancasila," kata Marzuki.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement