REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Presiden FIFA Sepp Blatter siap untuk dipilih kembali sebagai pemimpin organisasi sepakbola dunia itu, Rabu (Senin dinihari WIB) setelah upaya untuk menunda pemilihan berakhir dengan kegagalan.
Hampir tidak ada rintangan bagi pria asal Swiss itu untuk kembali berkuasa selama empat tahun ke depan dalam keputusan kongres FIFA secara aklamasi setelah upaya Inggris untuk memaksa menunda pemilihan hanya mendapat 17 dukungan, sementara 172 tidak setuju.
David Bernstein yang mewakili Asosiasi Sepakbola Inggris (FA) sebelumnya menegaskan bahwa jika proses pemilihan diteruskan sementara Mohamed bin Hammam, saingan Blatter memutuskan mundur, maka mandat akan cacat.
Tapi imbauan Inggris ternyata tidak mendapat sambutan sebagian besar anggota FIFA, membuat terpilihnya kembali Blatter untuk kembali menduduki jabatan hanya tinggal ketok palu.
Berbicara setelah keinginan penundaan pemilihan presiden FIFA ditolak, Blatter berjanji untuk melakukan reformasi menyeluruh, termasuk meninjau kembali cara-cara pemilihan tuan rumah Piala Dunia mendatang.
Menurut Blatter, tuan rumah Piala Dunia harus dipilih oleh seluruh 208 anggota FIFA, bukan oleh 24 anggota komite eksekutif seperti sebelumnya. "Saya ingin memberikan kekuasan lebih besar kepada negara-negara anggota," kata Blatter.
"Tuan rumah Piala Dunia mendatang akan ditentukan melalui Kongres FIFA. Komite Eksekutif hanya akan membuat daftar calon dan kongres yang akan menentukan tuan rumah," katanya.
Blatter, pria berusia 75 tahun itu, sebelumnya terlibat persaingan sengit dengan mantan pendukungnya Mohamed bin Hammam, Presiden Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) asal Qatar. Tapi pada saat-saat terakhir, Hammam secara mengejutkan memutuskan untuk mengundurkan diri dari pencalonan menyusul adanya tuduhan suap.
Bin Hamman dan Jack Warner, tokoh berpengaruh yang juga Wakil Presiden FIFA, dijatuhi hukuman skorsing oleh Komite Etik FIFA dengan tuduhan melakukan upaya suap untuk menyingkirkan Blatter.
Tuduhan tersebut berdasarkan atas kesaksian di parlemen Inggris bulan lalu bahwa beberapa pejabat senior FIFA menerima suap selama proses pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.
Keputusan untuk memberikan hak tuan rumah Piala Dunia 2022 kepada Qatar, negara kecil tapi kaya minyak itu, melahirkan kritik dan tuduhan suap.