REPUBLIKA.CO.ID, HAMA, SURIAH - Sebagian toko tutup di pusat kota, Hama, Suriah, ketika warga menggelar pemakaman untuk puluhan pengunjuk rasa yang ditembak mati oleh pasukan keamanan sehari sebelumnya. Pengawas Hak Asasi Manusia untuk Suriah, berbasis di London, pada Sabtu (4/6) mengatakan 48 terbunuh di Hama, kota yang kini menjadi pusat baru demonstrasi sekaligus kekerasan.
Seorang aktivis hak asasi manusia (HAM) Suriah menyebut korban tewas di kalangan demonstran yang terbunu kemarin sebenarnya mencapai 63 orang, lebih dari 48 yang disebut secara resmi. Sebagian besar korban jatuh setelah tentara menembakkan senjata ke kerumunan massa.
Sumbr-sumber di Suriah mengonfimasi bahwa sebagian besar sambungan internet sudah pulih setelah sebelumnya pemerintah menghentikan pada Jumat.
Setidaknya 1.270 orang terbunuh sejak timbul kebangkitan rakyat melawan pemerintah Bashar Assad yang dimulai Maret lalu. Angka itu dikeluarkan oleh Komite Koordinasi Lokal, yang membantu mengorganisir dan mendokumentasikan aksi unjuk rasa di Suriah.
Berbagai laporan mengenai Suriah yang datang sulit diverifikasi secara independen. Pemerintah Suriah dengan keras melarang peliputan media dan mengusir wartawan asing, sehingga hampir mustahil untuk benar-benar mengonfirmasi apa yang terjadi di sana.
Sikap kejam pemerintah Suriah terhadap rakyatnya bukan hal baru. Sejarah mencatat, pada 1982, pemerintah Hafez al-Assad, ayah presiden saat ini, Bashar, pernah membombardir kota Hama pula untuk menghentikan dan menghantam oposisi hingga membunuh ribuan orang.