REPUBLIKA.CO.ID, HAMBURG - Rumah sakit Jerman tengah berjuang mengatasi peningkatan jumlah pasien yang disebabkan wabah E Coli. Jumlah kematian akibat bakteri itu naik menjadi 22 orang.
Menteri kesehatan Jerman, Daneiel Bahr, mengatakan rumah sakit di Jerman utara bahkan kesulitan menyediakan tempat tidur dan perawatan bagi pasien. Pasalnya total kasus serangan mencapai 2.200 orang.
"Kami menghadapi situasi tegang terkait perawatan pasien," ujar Bahr. "Namun kami akan bisa mengatasi."
Pejabat bidang pertanian mengatakan kecambah yang tumbuh di pertanian organik antara Hamburg dan Hanover diduga menjadi penyebab penyebaran penyakit ini.
Sementara pihak rumah sakit mengatakan pasokan darah kian menipis dan staf mulai kelelahan karena bekerja terus-menerus tanpa henti dengan kondisi kota di utara, Hamburg dan Bremen paling parah terdampak wabah.
"Mereka (para dokter) secara sukarela datang pada akhir pekan dan bahkan dari mereka tidur di sini, ujar jurubicra RS Universitas Kiel, Oliver Grieve, di Jerman utara seperti dikutip oleh Spiegel Online.
Menteri kesehatan negara bagian Hamburg, Cornelia Prüfer-Storcks, dalam konferensi pers berkata kota mempertimbangkan untuk memanggil kembali para dokter yang tela pensiun untuk bertugas. "Kami tengah berdiskusi dengan para dokter apakah mereka yang baru-baru ini pensiun dapat diaktifkan lagi," ujarnya.
Pasien dengan kondisi tak terlalu serius kini dipindahkan ke rumah sakit terdekat dan sejumlah perawatan untuk penyakit tidak mengancam ditunda sementara ini.
Juru bicara Regio Clinics, rumah sakit swasta terbesar di kota Schleswig, Holstein, seperti dikutip Reuters, "Semua rumah sakit di kawasan ini bekerja keras, mendorong batas kemampuan. Sejauh ini kami bisa mengatasi namun beberapa pasien harus dikirim ke rumah sakit lain, terutama mereka dengan HUS (sindrom haemolitic uraemik) atau kebutuhan dialisis.
Sejumlah tenaga perawat direkrut dari Jerman Selatan untuk memasok kebutuhan besar. Sementara sebagian pasien menggambarkan kondisi sejumlah rumah sakit saat ini begitu "heboh dan kacau". Salau satu menyebut standar higenisitas berkontribusi terhadap masalah ini.
"Semua dari kita memiliki diare dan hanya ada satu kamar mandi baik di bangsal wanita dan pria, jadi benar-benar kacau," ujar salah satu pasien, Nicoletta Pabst, seperti dikutip AP. "Jika saja saya tidak sakit karena E coli, saya pasti sudah minta dijemput pulang."
Ia mengatakan kini harus menunggu tiga jam untuk diantarkan kembali ke rumah, karena kadar darahnya tidak mengindikasikan ia mengalami gagal ginjal.
Saat mengalami serangan pertama, kondisinya begitu lemah dan memburuk sehingga ia harus menelpon ambulan keesokan harinya. Ia sempat dirawat inap selama sepekan di beberapa rumah sakit berbeda.
Kini, terlepas dari peningkatan jumlah pasien meninggal, pemerintah Jerman mengatakan jumlah kasus baru mulai berkurang.