REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengungkapkan almarhum HM Soeharto pernah berpesan kepada dirinya agar menjaga negeri ini dengan baik. Pesan itu, kata JK, diucapkan saat ia berkunjung ke Cendana, Jakarta Pusat.
"Pak Jusuf, jagalah negeri ini. Jaga persaudaraan negeri ini. Saya bilang, terima kasih Pak," kata Jusuf mengutip pesan Soeharto saat memberikan sambutan dalam peluncuran Buku "Pak Harto, The Untold Stories" di Museum Purnabhakti Pertiwi di TMII, Jakarta Timur, Rabu (8/6).
Dalam pertemuannya itu, kenang JK, Presiden RI kedua itu pun memberikan selamat atas penyelesaian konflik di Aceh. JK juga mengatakan sebagai Bapak Pembangunan, Pak Harto memulai tugasnya di masa yang sulit.
"Tahap demi tahap sangat rinci beliau memulai dengan tahap pembangunan ekonomi, lima tahun beliau hanya bicara pertanian saja, tahapan itu yang menjadi dasar bagi tahapan lain," katanya. Kalla menuturkan arti penting menghormati pemimpin atas jasa-jasanya.
Meski kesan negatif tak bisa dikesampingkan begitu saja, JK yakin neraca kebaikan Soeharto tetap ada. "Neraca kebaikannya saya yakin lebih banyak kebaikannya daripada kekurangannya," imbuhnya.
Ia menambahkan, sosok Soeharto yang responsif menjadi teladan bagi siapapun, bahkan apa yang dilakukan sekarang pernah sudah dilakukan Pak Harto 30 tahun lalu seperti percepatan pembangunan, swasembada pangan dan sebagainya.
Selain Kalla, sejumlah tokoh negeri juga hadir dalam peluncuran buku "Pak Harto, The Untold Stories" itu antara lain Ketua MPR Taufiq Kiemas, Siti Hardiyanti Rukmana, Bambang Trihatmojo, Sutiyoso, Try Sutrisno, Fahmi Idris, Cosmas Batubara, JB Sumarlin, Meutia Farida Hatta, Aburizal Bakrie serta beberapa tokoh nasional lain.
Buku ini memuat kisah sisi-sisi pribadi Soeharto dan juga foto-foto yang tak pernah dipublikasikan sebelumnya. Ada yang tak terduga, jenaka, dan juga mengharukan.
Ada 113 narasumber dalam buku setebal 600 halaman itu,? termasuk mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Muhammad, mantan Presiden Filipina, Fidel Ramos. Bahkan, mantan Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew, dan Raja Brunei Darussalam, Sultan Bolkiah menuliskan sendiri pengalamannya.