Rabu 08 Jun 2011 18:08 WIB

Pengamat: Demokrat Sengaja 'Ungsikan' Nazaruddin ke Singapura

Mantan bendahara Partai Demokrat M Nazaruddin
Foto: Republika
Mantan bendahara Partai Demokrat M Nazaruddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Paramadina Yudi Latief menduga kepergian M Nazaruddin ke Singapura hanya siasat Partai Demokrat untuk meredam isu berkepanjangan yang akan merugikan partai ke depan. "Strategi yang saling menguntungkan, kalau Nazaruddin di sini, Demokrat akan menjadi pusat pemberitaan dan susah mengargumentasikannya kepada publik," katanya usai sebuah diskusi di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, dengan keberadaan Nazaruddin di luar negeri, maka Demokrat setidaknya dapat menghindar dari kejaran publik terhadap kasus korupsi yang menerpa Wisma Atlet. Selain itu, kata Direktur Eksekutif Reform Institute itu, juga akan memberikan waktu untuk kemudian membuat skenario baru dalam mengalihkan isu.

"Nanti akan disusun ulang melahirkan isu-isu baru untuk menutup kejaran publik atas Nazaruddin sehingga pelan-pelan akan menjauh dan isu Nazaruddin akan hilang dari ingatan publik serta beralih ke isu yang lain," katanya.

Ia meyakini, Nazaruddin tidak akan ditindak seperti komitmen Presiden untuk memberantas korupsi. "Tapi ya 'gone with the wind' (pergi bersama angin)," katanya.

Yudi menambahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat telah membuat konferensi pers dua kali terkait Nazaruddin. Namun demikian, hasilnya tidak seperti yang diminta Presiden.

Presiden, menurut dia, telah meminta agar Nazaruddin dapat dipulangkan, namun tim yang dibentuk oleh Partai Demokrat tidak berhasil memulangkan Nazaruddin dengan alasan sakit dan masih dalam pengobatan di Singapura.

Padahal, menurut dia, alasan sakit secara tiba-tiba saat ini telah menjadi bahasa manipulasi untuk menutupi sesuatu yang salah dan telah menjadi modus untuk menghindar dari tanggung jawab. Kredibilitas Presiden, katanya, dipertaruhkan dalam kasus ini. "Jadi saya kira memang Nazaruddin seolah-olah dibiarkan untuk pergi, sebagai cara untuk melepaskan diri dari tanggung jawab," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement