REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Sarah Ferguson, mantan menantu kerajaan Inggris yang bergelar Duchess of York kini di ambang kebangkrutan. Diwawancara CNN, ia mengaku meski berhasil melunasi utang 2 ribu pounsterlingnya, ia menyatakan pundi-pundi keuangannya 'menuju kering'.
"Aku tidak hanya secara emosi bangkrut, tapi aku memang di ambang kebangkrutan keuangan," ujarnya, dalam sesi pertama dari enam sesi serial berjudul Finding Sarah.
Menurutnya, ia 'sangat kaget' ketika harus menjadi rakyat jelata setelah perceraiannya dengan Pangeran Andrew. "Aku sebelumnya tinggal Buckingham Palace, di lantai dua. Saya harus memberitahu banyak pihak jika hendak pergi, dan jika lapar, saya harus memesan jauh sebelumnya karena jarak dengan daput adalah 2 mil," katanya.
Di dalam istana, ia juga tak bebas untuk membuka tirai kapan saja. "Pokoknya banyak batasan, hingga sampai di satu titik, aku tak tahu harus berbuat apa," katanya.
Ketika bercerai, ia menjadi kagok, terutama dalam hal keuangan. Selama ini, semua kebutuhan dipenuhi istana. Ia makin terpuruk saat tertangkap basah sebuah tabloid saat meminta 'umpeti' 500 ribu poundsterling pada pengusaha palsu -- wartawan yang menyaru jadi pengusaha -- yang ingin bertemu pangeran Andrew.
"Aku benar-benar tak mengerti keuangan sama sekali. Aku harus menggaji staf dan berusaha untuk menjaga kepala tetap di atas air," katanya mengibaratkan.
Berita itu mencuat dan mendunia, ia makin kehilangan apa saja. Bahkan, seluruh stafnya juga mundur. "Aku punya rumah sebelumnya, tapi aku gagal mempertahankannya," katanya.
Nyaris ia menjadi gelandangan, andai saja tak ada uluran tangan mantan suaminya. "Itu hanya karena mantan suamiku begitu baik," kata Sarah, "Ia membiarkan aku menjadi tamu di rumahnya. Jika aku tidak memiliki dia aku akan kehilangan tempat tinggal."
Ditanya apakah ia masih terus berhubungan dengan anggota keluarga kerajaan, Sarah menggeleng. "Aku menjijikkan dan benar-benar tak berguna. Aku hanya wanita 51 tahun dan tak punya harga diri," katanya. Ia mengambil sapu tangan, menyeka air matanya.