REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Budayawan Taufik Ismail merasa pesimis terhadap masa depan Indonesia, karena bangsa ini semakin menjauh dari nilai-nilai Pancasila. Saat membacakan puisinya di acara sarasehan 'Pancasila Sebagai Modal Sosial Bangsa dan Konsensus Nasional Dalam Bingkai NKRI' di Gedung DPR Jakarta, Rabu, Taufik mengemukakan keprihatinan atas kondisi kebangsaan di Indonesia yang kian jauh dari nilai-nilai Pancasila melalui bait-bait puisinya. "Saya membuat puisi itu diawali dengan rasa pesimistis terhadap masa depan bangsa ini," ujar Taufik.
Dalam puisinya yang berjudul 'Kini Kita Teringat Pada Pancasila yang Dilupakan' Taufik mengatakan bahwa realitas kehidupan masyarakat Indonesia telah jauh menyimpang dari falsafah sila-sila Pancasila. Ia menggambarkan bagaimana sila kelima Pancasila, yakni keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, telah sengaja dilupakan dengan membiarkan rakyat menanggung beban hutang negara sebesar Rp 1.600 triliun. "Kita picingkan kedua mata agar tak melihatnya," katanya.
Menurut dia, kerinduan bangsa Indonesia adalah bagaimana menjadikan Pancasila sebagai acuan kerja seluruh rakyat Indonesia. Namun persoalannya, apakah bangsa Indonesia benar-benar mau untuk itu atau tidak. "Sekarang terserah pada kita mau kembali kepada Pancasila, atau mengabaikannya," tutur Taufik.
Selain Taufik Ismail, dalam acara yang diselenggarakan Fraksi PKS DPR RI itu juga hadir Gubernur Lemhanas Budi Soesilo Soepandji, Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Puan Maharani, Wakil Rektor Bagian Nonakademik Universitas Pertahanan Prof. Dr. Laksda Setyo Harnowo, dan wartawan senior harian Kompas Dr. Ninok Leksono sebagai pembicara.