Rabu 22 Jun 2011 18:40 WIB

Khofifah: Bangladesh Saja Sudah tak Kirim Pembantu

Khofifah Indar Parawansa
Khofifah Indar Parawansa

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan, Khofiffah Indar Parawansa, mengatakan Bangladesh, negara miskin yang pendapatannya masih jauh di bawah Indonesia, sudah tidak lagi mengirim pembantu ke Arab Saudi.

"Menurut saya, pengiriman pembantu ke Arab Saudi sudah tidak perlu. Bangladesh saja, yang income (pendapatan) per kapita di bawah Indonesia, sudah tidak mengirim pembantu rumah tangga ke sana. Filipina juga sudah tidak mengirim ke sana," kata Khofiffah di Jakarta, Rabu (22/6).

Ia mengatakan kedua negara tersebut kini telah beralih dengan mengirimkan tenaga kerja sektor formal yang memiliki keterampilan. Indonesia seharusnya juga menghentikan pengiriman pembantu keluar negeri dan mendorong tenaga kerja formal yang berketerampilan. Dengan pendidikan dasar sembilan tahun, Indonesia seharusnya telah mampu menciptakan tenaga kerja-tenaga kerja berketrampilan.

Di sisi lain, menurut Khofiffah, pemerintah juga seharusnya mengupayakan perluasan lapangan kerja sehingga dapat menampung para tenaga kerja dalam negeri. Sehingga, orang Indonesia tidak perlu harus bekerja keluar negeri sebagai pembantu.

Ia menambahkan bahwa pengiriman tenaga kerja menjadi pembantu dan sektor informal lainnya kurang terjamin dan terlindungi. Pemerintah juga perlu mengawasi para calo-calo tenaga kerja di daerah-daerah yang mengiming-imingi warga untuk bekerja di luar negeri. Banyak warga terutama di desa-desa yang terbujuk rayuan para calo tenaga kerja tersebut.

"Para broker (calo) itu bagaimana? Orang itu menggoda,'Ke Saudi lah. Nanti kalau puasa, kamu akan diajak umroh. Kalau bulan haji, kamu akan diajak haji.','' katanya. ''Orang di desa itu pasti akan jatuh cinta dan tergoda ingin umroh dan ingin haji karena ongkosnya kan mahal.''

Ia mengatakan propaganda para calo tersebut harus mampu diatasi oleh pemerintah terutama dinas tenaga kerja, "Dinas tenaga kerja di daerah-daerah bisa melakukan penetrasi plus minus negara-negara tujuan. Mereka jangan justru menjadi bagian dari orang yang ikut mempropagandakan," kata Khofiffah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement