Kamis 23 Jun 2011 20:45 WIB

Terkait Kasus Sisminbakum, Kejagung Dinilai Langgar KUHAP Jika Ajukan PK

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat hukum pidana Universitas Trisakti Andi Hamzah menilai Kejaksaan Agung akan melanggar Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) apabila mengajukan Peninjauan Kembali (PK) kasus Sisminbakum.

Kepada pers di Jakarta, Kamis, Andi Hamzah mengemukakan bahwa Kejagung tidak bisa mengajukan PK terhadap vonis Romli Atmasasmita, karena yang berhak mengajukan PK adalah terpidana dan ahli warisnya. "Karenanya apabila kejaksaan tetap mengajukan PK, maka itu berarti melanggar KUHAP," ujarnya.

Desakan kepada Kejaksaan Agung untuk mengajukan PK terhadap kasus Sisminbakum ini selalu di ungkapkan oleh Indonesian Coruption Watch (ICW).

Karenanya tudingan miringpun muncul setelah salah seorang aktivis ICW, Febri Diansyah, melakukan pertemuan dengan Farid Haryanto, yang diduga sebagai orang dekat Tutut serta terkait pula dengan RB yang oleh media massa disinyalir sebagai mafia hukum.

Secara terpisah, praktisi hukum dari Universitas Muhammadiyah Jakarta Chairul Huda menyatakan keraguannya pada analisa ICW atas kasus Sisminbakum.

"Ketidaktahuan perbedaan putusan MA atas kesalahan Manan Sinaga dan Romli (dua terdakwa dalam kasus Sisminbakum), menunjukkan bahwa ICW menjadi organisasi yang arogan dan mulai merasa bisa menekan semua pihak," tegas staf ahli Kapolri ini.

Lebih lanjut Chairul Huda menyatakan bahwa apabila satu bagian dari sistem masyarakat yang demokratis terlalu kuat, maka yang terjadi justru ketidakstabilan demokrasi itu sendiri.

"Susunan masyarakat demokrasi memang harus saling koreksi dan saling menstabilkan, bila ada yg terlalu kuat maka ada kecenderungan untuk menjadi tirani. Nah disini potensi ICW menjadi sebuah tirani bisa terjadi ketika organisasi ini merasa semakin kuat," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement