REPUBLIKA.CO.ID,
BEIRUT - Tak menghiraukan senjata rezim pemerintah, ribuah rakyat Suriah yang berunjuk rasa memenuhi jalan-jalan primer hingga sekunder di ibu kota, Jumat (24/6). Mereka terus mendesakkan tuntutan agar Presiden Bashar al-Assad mundur dari kursi kepresidenan. Pasukan keamanan, menurut sejumlah aktivis, menembakan senjata dan membunuh sedikitnya 15 orang termasuk dua anak,
"Revolusi kami kuat! Assad telah kehilangan legitimasi!" demikian teriak para demonstran di Zabadani, wilayah suburban di Damaskus, dalam tampilan di sebuah video YouTube.
Jalanan di Suriah menjadi panggung ujian bagi siapa yang bertahan dalam gerakan pro-demokrasi selama tiga bulan, apakah para warga yang gigih meski menjadi korban ataukah rezim bertangan besi yang tak segan menggunakan senjata. Protes terkini dan penembakan serta pembunuhan terjadi justru ditengah kecaman dunia internasional terhadap Assad yang kian bertumpuk.
"Kami tidak akan tinggal diam bila rezim Suriah terus menggunakan tindak represi kekerasan untuk mendiamkan rakyatnya," ujar Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague, setelah Uni Eropa menambah sanksi terhadap dua lagi anggota pemerintahan Suriah, yakni larangan terbang dan pembekuan aset.
Oposisi Suriah mengatakan 1.400 orang telah terbunuh sejak pemerintah berupaya mematahkan gerakan yang menuntut diakhirinya pemerintahan Assad selama empat dekade. Rakyat terus melakukan unjuk rasa setiap Jumat seusai shalat Jumat.
Lima orang lagi terbunuh oleh tembakan pasukan keamanan, Jumat ini di Barzeh, sebuah distrik di Damaskus, ujar Komite Kordinasi Lokal (LCC) yang mencatat dan melacak jejak para demonstran. Namun televisi negara Suriah memberi versi berbeda dengan mengatakan para pria bersenjata, yang tak teridentifikasi, telah menembak ke arah petugas keamanan dan rakyat sipil. Tembakan itu membunuh tiga warga dan melukai beberapa anggota petugas.
Lima korban terbunuh juga ada di Al Kasweh, sebuah suburban lain di ibu kota, empat di pusat kota Homs dan satu di Hama, juga di pusat Suriah, ujar LCC. Unjuk rasa di sejumlah propinsi lain juga diwarnai tembakan namun tak bisa diidentifikasi segera apakah ada korban tewas, demikian keterangan juru bicara LCC, Omar Idilbi.
Organisasi itu mengatakan di antara korban tewas adalah seorang bocah 12 tahun, Rateb Al-Orabi yang terbunuh ketika pasukan keamanan menembak ke arah pengunjuk rasa di kawasan Shammas, Homs. Selain Rateb ada pula bocah berusia 13 tahun meninggal di Al Kasweh.
Sementara di utara Suriah, para aktivis mengatakan sedikitnya 15 ribu orang berunjuk rasa di sepanjang jalan tol negara yang menghubungkan dua kota utama, Damaskus dan Aleppo. Ribuan orang berbaris di Amoaud dan Qamishli di timur Suriah dan propinsi-porpinsi lain, demikian keterangan aktivis HAM Suriah, Mustafa Osso.
Baik Mustafa dan LCC melaporkan sejumlah tentara membelok di Al Kasweh setelah pasukan keamanan menembak para pengunjuk rasa. Situasi itu menghasilkan adu mulut sengit antara tentara loyal dan pembelot. Namun dengan cepat tentara Suriah membantah laporan pemberontak dan membantah bahwa tak ada tentara di Al Kasweh pada Jumat.
Di Hama, para aktivis mengatakan sebuah unjuk rasa besar terjadi di alun-alun pusat kota Assi. Sejumlah video-video online menunjukkan kerumunan massal orang-orang, banyak dari mereka mengibarkan bendera Suriah dan menyerukan agar rezim turun.