REPUBLIKA.CO.ID, YANGON - Pemimpin pro-demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi akan melakukan perjalanan ke luar Yangon untuk pertama kalinya sejak dibebaskan pekan depan, namun politik tidak menjadi agenda kegiatannya, kata sumber partai Jumat.
Suu Kyi akan terbang ke kota kuno Bagan dengan putranya Kim Aris pada Senin untuk kunjungan pribadi, kata seorang anggota senior Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang tidak mau disebut namanya karena perjalanan itu bukan dilakukan untuk publik.
"Ini akan menjadi perjalanan pribadi pertamanya untuk menemani anaknya," kata orang partai itu, dan menambahkan bahwa pasangan ibu-anak tersebut akan tinggal sekitar lima hari di kota itu. "Kami belum membuat rencana untuk tur politiknya," katanya.
Rencana sebelumnya, Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian itu akan melakukan kunjungan politik, tetapi diminta oleh rezim agar dia tetap berada di luar politik, dan memperingatkan bahwa "kekacauan dan kerusuhan" bisa terjadi jika ia melakukannya mendatang.
Media resmi pada Rabu mengatakan bahwa kementerian dalam negeri menulis surat kepada Suu Kyi, yang menjalani hampir dua dekade tahanan rumah yang dilakukan oleh junta, untuk menyatakan bahwa kegiatan partainya telah melanggar hukum. Ini adalah kali pertama sejak dia dibebaskan tahun lalu pihak berwenang secara eksplisit memperingatkan dia untuk tetap keluar dari politik.
Kunjungan politik akan menjadi ujian kedua popularitas pemimpin oposisi itu setelah pemilu, yang meninggalkan dirinya dari kegiatan politik, dan kemampuannya untuk melakukan perjalanan di seluruh negara tanpa hambatan oleh pihak berwenang.
Keamanan menjadi kecemasan utama ketika konvoi Suu Kyi diserang pada tahun 2003, selama perjalanan politik sebelumnya, dalam penyergapan yang tampaknya diatur oleh rezim yang takut takut popularitas merosot. Inggris mengungkapkan keprihatinan kuat pada Kamis terhadap sikap "mengancam" pihak berwenang Myanmar terhadap pemimpin pro-demokrasi itu.
"Aung San Suu Kyi harus bisa bepergian dengan bebas dan tanpa resiko pada keamanan pribadinya. Masyarakat internasional akan mengawasi dengan ketat perkembangan itu," kata Menteri Luar Negeri William Hague. Partai Suu Kyi menang telak pada pemilu tahun 1990 yang tak pernah
diakui oleh junta.
NLD dibubarkan oleh penguasa militer tahun lalu karena pihaknya memboikot pemilu pertama negara itu selama 20 tahun terakhir. NLD menyatakan memboikot pada November dan menilai aturan pemilu tersebut tidak adil. Wakil politik junta mengaku menang besar dalam pemilu itu, yang dirusak oleh keluhan luas berkaitan dengan kecurangan dan intimidasi.
Ini adalah kedua kalinya Suu Kyi bertemu dengan putra bungsunya sejak dia dibebaskan.
Dia bersatu kembali dengan putranya, 33 tahun yang berkewarganegaraan Inggris pada November lalu, setelah sepuluh tahun berpisah.