REPUBLIKA.CO.ID, NEW JERSEY – Saat warga Amerika merayakan hari kemerdekaan pada 4 Juli nanti, tidak hanya pesta kembang api yang akan menyita perhatian mereka. Spanduk-spanduk mempromosikan atheisme oleh para atheis yang menyebut sebagai bantahan tudingan anti-Amerika juga tak kalah seru.
"Saya seorang warga Amerika patriotik. Saya melayani negara saya. Saya akan keluar dan merayakan pada tanggal 4 nant," ujar direktur komunikasi Atheis Amerika berbasis di New Jersey, Kepada CNN, akhir Juni lalu.
"Amerika adalah milik siapa pun," ujarnya.
Menargetkan pesan-pesan kepada komunitas di AS, beberapa pesawat, Senin (4/7) akan melemparkan baner dari udara di 27 negara bagian. Bunyi pesan dalam baner itu adalah "God-Less Amerika" atau "Atheism is Patriotik.
Pihak penyelenggara kampanye mengatakan langkah itu diambil untuk menanggapi tuduhan anti-Amerika karena mereka tidak meyakini Tuhan. Mereka juga ingin menekankan jumlah atheis yang kian berkembang di masyarakat Amerika.
"Tujuan baner-baner tadi adalah untuk menyorot fakta bahwa atheis ada di mana-mana, di setiap parade, di setiap pantai, di setiap negara bagian, kota dan wilayah kecil," ujar Presiden Atheis Amerika, Dave Silverman, dalam rilisnya. "Atheisme hidup dan tumbuh di AS."
"Banyak dari kami menggunakan istilah seperti atheis, pemikir bebas, sekulari atau humanis untuk menggambarkan filosofi kami, dan sebagian dari kami setuju untuk memisahkan gereja dengan Negara."
Menurut CIA World Factbook, 4 persen dari populasi AS menyatakan diri tidak memiliki agama. Dalam sebuah survei yang dipublikasikan oleh Encyclopedia Britannica, tercatat mereka yang tak memiliki keyakinan dan agama berkisar pada 11,9 persen dari populasi dunia.
Sebuah survei resmi oleh Uni Eropa baru-baru ini menyebut bahwa 18 persen dari total populasi blok tersebut tidak mempercayai keberadaan Tuhan. Berdasar laporan Washington Post pada September, gerakan atheis kian berkembang di penjuru Eropa, melakukan lobi-lobi keras untuk mendapat pengaruh politik dan hak siaran.
Penolakan
Menghadapi penolakan dari banyak perusahaan pesawat pengiklan, kampanye senilai 23 ribu dolar itu hanya dilakukan di 27 negarab bagian, alih-alih digeber di seluruh 50 negara bagian.
"Saya telah 20 tahun berada di bisnis ini, dan saya tidak pernah sebelumnya mendapat penolakan besar dalam penerbangan pesawat iklan," ujar pemilik Fly Signs Aerial Advertising, Justin Jaye, yang mengaransemen penerbangan untuk American Atheis.
Jaye mengatakan dari 85 orang di negara itu yang menerbangkan pesawat dengan baner hanya 17 yang setuju terbang untuk mengusung pesan-pesan tadi. Alasan mereka yang menolak, kata Jaye, cemas dengan keselamatan mereka, atau takut pernikahan mereka terancam. Ia memiliki satu pilot yang berkata istrinya akan menceraikan bila ia nekat menerbangkan pesawat dalam kampanye atheis.
"Saya juga punya pilot atheis tulen yang berkata, "Justin, saya seorang atheis dan saya tidak akan terbang karena saya tak bisa mengenakan rompi antipeluru," ujarnya.
Red Calvert, seorang pilot dan presiden dari Pro-Air Enterprises di Indianapolis mengatakan alasan menolak terbang adalah pandangan pribadinya. "Saya menghormati negara ini, saya menghargai gereja dan kita sudah punya banyak masalah di negara ini tanpa mengaduk dan menambahkan lagi," ujarnya.
"Jika orang-orang itu ingin melakukan sesuatu yang mereka yakini, silahkan, tapi jangan ikutkan saya."
Silverman menuding kefanatikan di AS adalah penyebab dibalik kecemasan tadi. "Ini adalah pengingat nyata bahwa kita harus terus berjuang karena kefanatikan begitu kental sehingga para pilot takut menerbangkan baner kami," klaim Silverman.
Namun, ia menegaskan tak surut harapan. "Justru ini akan mengingatkan orang-orang bahwa atheisme ada di ruang-ruang pertemuan, ada di pantai-pantai dan di parade," ujar Silverman. "Kami adalah orang-orang patriotik."