Senin 04 Jul 2011 09:04 WIB

Kekayaan Burung Indonesia Peringkat Tiga di Dunia

Rep: C07/ Red: Didi Purwadi
Burung Gelatik Jawa merupakan salah satu burung khas Indonesia yang kini terancam punah.
Foto: allbirdphotos.blogspot.com
Burung Gelatik Jawa merupakan salah satu burung khas Indonesia yang kini terancam punah.

REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR - Organisasi dunia Birdlife International (BI) mencatat Indonesia sebagai negara dengan kekayaan burung terbesar ketiga di dunia. Anggota BI, Alison Statterfield, menyampaikan sebanyak 1.602 total spesies burung di Indonesia menempati posisi ketiga setelah Columbia dan Brasil.

“Namun, meski jumlah spesiesnya tertinggi, tingkat keterancamannya juga tinggi,” ungkapnya saat menghadiri simposium internasional 'Konservasi Flora dan Fauna yang Terancam Punah' di kampus IPB Bogor, Senin (4/7).

Ahli burung dari Fakultas Kehutanan IPB, Yeni Aryati Mulyani, menyampaikan bahwa Indonesia memiliki 372 spesies burung endemik di dunia. “Artinya, sebanyak 372 jenis tersebut tak ditemukan di negara manapun selain Indonesia,” ungkapnya kepada Republika, Senin (4/7) pagi. Namun, tak kurang dari 121 spesies burung endemik berstatus kritis dan 32 spesies berstatus terancam punah.

Indonesia sebelumnya tak memiliki skema pemantauan spesies burung secara nasional. Namun, lanjut Yeni, sejak 2009  para ahli burung membentuk The Indonesian Bird Banding Scheme (IBBS). IBBS melakukan pemantauan kelestarian burung di Indonesia melalui skema penandaan pencincinan (banding) pada burung-burung liar.

Caranya adalah peneliti dan ahli melakukan penangkapan terhadap jenis-jenis burung. Selanjutnya, pada kaki burung dipasangi cincin penanda yang bertuliskan nomor seri dan organisasi yang melakukan banding.

Suatu saat jika jenis tersebut tertangkap atau ditemukan saat pemantauan kembali, maka sejarah hidup dan perjalanan burung bercincin tersebut dapat dirunut. Skema banding juga bertujuan untuk mengidentifikasi individu, memelajari dinamika populasi dan struktur umur burung, serta untuk memeroleh informasi tentang perilaku dan umur burung tersebut.

Kegiatan banding telah dilakukan di Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Pulau Jawa, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Pulau Wetar. “Sebanyak 5.871 burung dari 272 spesies telah dibanding sejak 1998 hingga 2010,” tambah dosen pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata IPB tersebut.

Beberapa jenis burung terancam punah yang telah dibanding diantaranya Trinil nordman (Tringa guttifer), Kedidi besar (Calidris tenuirostris), Celepuk jawa (Otus angelinae), Luntur jawa (Apalharpactes. reinwardtii), dan Gelatik jawa (Padda oryzivora).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement