REPUBLIKA.CO.ID, Abdul Hamid I—lahir 20 Maret 1725, wafat 7 April 1789—adalah Sultan Turki Utsmani sejak 1774 hingga kematiannya. Abdul Hamid adalah seorang penguasa yang lemah.
Ketika perang diumumkan terhadap kekaisaran Rusia dan kurang dari setahun naiknya ke singgasana, pasukannya kalah dalam pertempuran Kozluja yang membuat Turki Utsmani terpaksa menandatangani Perjanjian Kucuk Kaynarca pada 21 Juli 1774. Perjanjian damai itu rampung di kota Winarajah di Bulgaria pada 1187 H/1774 M.
Di antara poin-poin penting yang terdapat dalam perjanjian tersebut adalah dihapuskannya permusuhan antara pemerintahan Utsmani dan Rusia, serta dijaganya kesepakatan dengan penuh komitmen, jangan sampai ada perubahan. Juga hendaknya kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh kedua pihak bisa dimaafkan. Selain itu, para pengkhianat dan desertir tidak akan diberikan perlindungan politik.
Penguasa Rusia, Catherina, menulis surat pada komandan perangnya yang bernama Butamkin untuk tidak menunggu datangnya pasukan Utsmani. Mereka diperintahkan sesegera mungkin bergerak menuju kota Bandar dan Awazai. Mereka pun berhasil memasuki wilayah Awazai. Di sanalah Austria mengumumkan perang pada pemerintahan Utsmani.
Meskipun banyak kelemahan, Sultan Hamid I dipandang sebagai sultan paling berhasil di negaranya karena ia membentuk pasukan pemadam kebakaran, menjalankan kebijakan reformasi, perbaikan militer, meningkatkan standar pendidikan dan lainnya.
Abdul Hamid I kemudian berhasil meredam sejumlah pemberontakan di sejumlah provinsi. Namun ia kehilangan Krimea setelah berperang melawan Rusia, dua tahun sebelum kematiannya.
Yousef II, Kaisar Austria, berusaha menduduki Belgrade. Namun dia harus kecewa dengan menarik diri dari kota itu Timsawar. Sedangkan pasukan Utsmani mengejar dan namun dikalahkan dengan mengenaskan.
Dalam kondisi demikian, Sultan Hamid I meninggal dunia. Gairah dan semangat tentara Utsmani ikut melorot dengan meninggalnya sultan. Keputusasaan menggumpal di dada mereka. Sementara musuh-musuh mempergunakan kesempatan ini dengan segala cara untuk melemahkan pemerintahan Utsmani.
Mereka berhasil menang atas Daulah Utsmaniyah pada 31 Juli dan 22 September 1789. Rusia berhasil menguasai kota Bandar yang kokoh. Mereka juga berhasil menduduki sebagian besar Falach, Baghdan, dan Pasarayana. Sementara itu orang-orang Austria berhasil memasuki Belgrade dan Serbia, yang kemudian dikembalikan sesuai dengan Zastaway.