REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Merek susu berbakteri akan terungkap. Menteri kesehatan Republik Indonesia, Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, akan menjawab rasa penasaran merk susu berbakteri. "Tentu saja kita akan menjawabnya. Kita akan memberi penjelasan pada masyarakat," ujarnya dalam wawancara singkat dengan Republika, Kamis (7/7).
Rencananya pada Jumat (8/7), Kementrian Kesehatan bersama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), akan merilis daftar susu yang berbakteri. Sampai laporan ini diturunkan belum jelas berapa jumlah merek susu yang masuk daftar berbakteri. Daftar yang dirilis esok dikhususkan pada susu yang mengandung bakteri Sakazakii.
Daftar susu berbakteri ini merupakan hasil penelitian Kementrian Kesehatan. Penelitian dilakukan dari April sampai Juli 2011. Institut Pertanian Bogor (IPB), Kemenkes dan BPOM telah melakukan survei bakteri Enterobacter Sakazakii terhadap 47 merek susu formula pada tahun ini. Survei dilakukan di seluruh wilayah Indonesia.
Acuan pelaksanaan adalah pada susu formula yang pernah dilakukan oleh The Food Safety Authority of Ireland (FSAI), Irlandia. Standar analisis juga dilakukan berdasarkan peraturan dari Codex Alimentarius Commission. Yaitu badan dunia yang mengatur batasan makanan dan minuman yang bisa dikonsumsi.
Selain itu masih ada aturan BPOM No HK.00.06.1.52.4011. Peraturan tersebut mengenai batas penetapan maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam makanan. Tuntutan untuk mengumumkan susu berbakteri muncul ketika peneliti IPB menemukan kontaminasi Enterobacter sakazakii sebesar 22,73 persen dari 22 sampel susu formula.
Sample yang diambil ada susu yang beredar antara 2003 sampai 2006. Namun, IPB tidak bersedia menyebutkan merek susu yang dimaksud. Enterobacter sakazakii adalah salah satu patogen gram negatif yang mematikan pada bayi sampai usia enam bulan. Untuk bayi usia enam sampai dua belas bulan bakteri Sakazakii merupakan suatu ancaman.
Angka kematian akibat infeksi E. Sakazakii pada bayi baru lahir berkisar 40 sampai 80 persen. Terutama pada bayi prematur dan bayi dengan daya tahan rendah daripada bayi pada umumnya. Bakteri ini ditemukan pada saluran pencernaan dan ditemukan dalam produk seperti susu formula, keju, daging, biji-bijian hingga bumbu-bumbuan.
Bakteri E. sakazakii berkembang optimal pada kisaran suhu 30 sampai 40 derajat Celcius. Kontaminasi E. Sakazakii pada susu formula diperkirakan terjadi pada saat proses produksi. Untuk menghindarkan bahaya bakteri E. Sakazakii, BPOM menganjurkan agar melarutkan susu bubuk formula menggunakan air mendidih.
Setelah itu, air dibiarkan sepuluh sampai lima belas menit agar suhunya turun menjadi tidak kurang dari 70 derajat Celcius. Sisa susu yang tidak terminum harus dibuang setelah dua jam. Enterobacter Zakazakii memiliki kemampuan bertahan pada produk kering. Namun bakteri ini mudah mati jika terkena panas pada suhu 70 derajat celcius dalam 15 detik. Bakteri biasa ditemukan pada tanah, udara, lalat, dan tikus.