REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Mingguan terbesar di Inggris News of the World tutup di tengah skandal penyadapan telepon yang diduga dilakukan tabloid tersebut. Edisi hari Ahad (10/7) akan menjadi terbitan terakhir koran yang telah berusia 168 tahun itu.
"Tujuan utama koran News of the World adalah mendorong semua pihak untuk bertanggung jawab. Namun ketika koran ini diminta bertanggung jawab, itu tak bisa dilakukan," kata James Murdoch, Direktur News Internasional, kelompok usaha milik Rupert Murdoch yang menerbitkan News of the World.
Dalam beberapa hari terakhir tabloid ini diyakini menyetujui penyadapan telepon genggam milik Milly Dowler, siswi yang tewas dibunuh. Mingguan tersebut juga diperkirakan menyadap telepon milik para korban serangan bom di London, Juli 2005.
"Pada 2006 polisi menyelidiki dua pegawai (News of the World). Keduanya dipenjara. Namun News International dan News of the World gagal mencegah terulangnya kasus tersebut," kata Murdoch. "Orang-orang tertentu telah menodai citra redaksi."
Ia mengatakan tadinya News Internasional beranggapan bahwa kasus ini hanya melibatkan satu orang reporter. Ternyata kasusnya lebih besar dari perkiraan awal. Murdoch mengatakan selama ini perusahaan tidak mendapatkan gambaran utuh dari kasus yang terjadi. "Sikap ini keliru dan kami sangat menyesalkan hal tersebut," kata Murdoch.
Menurut Murdoch, pemasukan dari edisi terakhir News of the World akan diserahkan ke lembaga sosial. Tidak ada iklan komersial di edisi terakhir tabloid ini. Semua ruang iklan akan diisi oleh lembaga-lembaga nirlaba atau untuk kepentingan amal kemanusiaan.
News International menolak memastikan apakah The Sun—harian terbesar di Inggris yang juga diterbitkan kelompok media tersebut—nantinya akan terbit tujuh kali seminggu. "Kami belum tahu nasib The Sun ke depan," kata juru bicara News International.
Selama ini The Sun terbit Senin hingga Sabtu, namun dengan ditutupnya News of the World berkembang spekulasi tabloid ini akan terbit juga di hari Ahad.