Ahad 10 Jul 2011 17:18 WIB

Marzuki Alie Klarifikasi Tujuannya kirim SMS ke SBY

Marzuki Alie
Foto: Tahta/Republika
Marzuki Alie

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Marzuki Alie mengatakan, tidak ada keinginannya untuk menuai "air keruh" atas kisruh yang terjadi di Partai Demokrat. Menurut Marzuki kepada pers di Jakarta, Minggu, pengiriman sms kepada dewan pembina dan dewan kehormatan partai terkait masalah internal adalah sesuai dengan aturan yang ada di Partai Demokrat.

Dia juga sudah mengomunikasikan soal smsnya itu dengan seluruh elit Partai Demokrat termasuk dengan Sekretaris Dewan Kehormatan, Amir Syamsudin dan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. "Sms saya ini berawal dari banyaknya sms yang masuk kepada saya dari kader-kader PD yang resah melihat kondisi di internal PD. Saya komunikasikan hal ini pada Sekretaris Dewan Kehormatan Amir Syamudin untuk menyampaikan hal ini pada rapat dewan kehormatan," katanya.

"Namun Amir mengatakan tidak enak, biar saya saja katanya yang menyampaikan. Saya pun kemudian mengirimkan sms tersebut kepada Ketua Dewan Pembina SBY," ujar Marzuki.Marzuki kemudian menyampaikan hal ini pada Sekretaris Dewan Pembina Andi Malarangeng dan segera akan diadakan pertemuan untuk membicarakan hal ini. Namun pertemuan itu tidak terlaksana karena Andi mau berangkat ke Palembang terkait dengan pelaksanaan Sea Games.

Ketika Andi pulang, Marzuki kemudian yang harus berangkat ke Rusia untuk memenuhi undangan Parlemen Rusia. Ketika di Rusia itulah semakin banyak sms yang masuk karena sebuah acara dialog di salah satu stasiun televisi dimana kader-kader PD saling serang menyerang kepadanya.

Dia kemudian berinisiatif untuk mengirimkan sms kepada Ketua Dewan Kehormatan dan seluruh anggota-anggotanya. Maksud dari sms ini adalah untuk melanjutkan rencana sebelum keberangkatannya ke Rusia guna diadakan rapat terkait hal itu.

"Makanya saya tembuskan sms itu ke semua anggota dewan pembina dan bukan ke Ketua Wanbin saja untuk segera diambil tindakan kepada kader-kader yang membandel yang tidak menghiraukan keputusan dan instruksi pimpinan yang dikeluarkan ketua umum untuk tidak saling serang antarkader," katanya.

Kader tidak boleh lagi bicara berkaitan dengan hal itu dan hanya boleh bicara mengenai proses pekerjaan. Instruksi yang tidak didengar inilah yang harus ditindaklanjuti. "Kalau berdebat terus artinya kan tidak didengar instruksi itu kan," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement