REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - Liputan media massa dan manuver politik ultra kanan adalah penyebab utama yang disorot oleh studi terbaru yang mengkaji citra Muslim Swiss. Wajah kelompok minoritas itu tercoreng di negara kecil Eropa itu, mereka dituduh sebagai fundamentalis dan teroris.
"Memang tak sebanyak laporan seperti serangan 9/11, atau juga pengeboman di Madrid dan London, pun seperti pelecehan Rasul lewat karikatur Denmar," demikian salah satu dua editor kajian itu, Patrik Ettinger, memaparkan seperti dikutip swissinfo.ch, Sabtu (9/7).
"Namun laporan insiden-insiden macam itu mengarah pada penciptaan citra bahwa Islam penuh kekerasan dan merupakan peradaban penuh dengan perselisihan,"
Studi, yang dimotori oleh Ettinger dan Kurf Imhof dari Universitas Zurich, dilakukan oleh Program Riset Nasionl Swiss untuk melihat lebih dalam pluralisme dalam agama.
Didanai oleh Yayasan Sains Nasional Swiss, studi itu fokus pada bagaimana Muslim digambarkan di media-media begitu pula oleh politisi sayap kanan yang berupaya mendapat dukungan pemilih.
"Partai itu khususunya adalah Partai Rakyat Swiss, untuk tingkat yang lebih rendah berasal dari Serikat Federal Demokratik yang mengambil citra Muslim keluar dari konteks internasional dan memasukkannya ke dalam konteks nasional," ujar Ettinger.
Studi juga menyatakan bahwa Muslim Swiss dipandang sebagai fundamentalis, terlepas dari asal negara mereka, latar belakang sosial atau apakah mereka memiliki kualifikasi profesional atau dari golongan pencari suaka.
Pemburukan citra itu mengacu pada perubahan peran Swiss di Eropa setelah elit politik didiskreditkan. Situasi itu dimanfaatkan oleh Partai Rakyat untuk mempromosikan agenda politis mereka.
"Tak hanya itu, muncul pula kekhawatiran bahwa kota-kota berbasis Protestan di Swiss akan menjadi kota yang didominasi Katholik ketika gelombang warga Italia berimigrasi pada 1960, kondisi yang dipandang mirip seperti ketakutan saat ini, yakni Islamisasi di Swiss," papar Ettinger.
"Ketika beberapa Katholik dari Italia dan Spanyol dinilai fundamentalis dalam pandangan warga Swiss, penilaian serupa juga ditujukan ke Muslim di sini."
Debat
Disebut sebagai penyebab utama stigmatisasi buruk Muslim di Swiss, Partai Rakyat menyerang studi tersebut dan mempertanyakan hasilnya.
"Kajian tentang Islam dalam studi itu tidak mencerminkan situasi nyata di negara ini serta prsepsi populer yang ada," demikian Sekjen Partai Rakyat, Martin Maltisser kepda siwssinfo.ch.
Baltisser mengatakan isu integrasi, penghormatan terhadap hukum negara serta perilaku terhadap kehidupan keluarga, sekolah dan institusi publik, adalah alasan untuk debat tersebut.
Pada 2009, partai ultra kanan itu menggolkan persetujuan proposal untuk melarang pendirian menara masjid secara nasional. Proposal itu dimenangkan oleh 57 persen suara.
Kini ada sekitar 160 masjid dan ruang ibadah di Swiss, terutama di pabrik-pabrik dan gudang yang tak lagi dipakai.
Hanya empat dari seluruh tempat ibadah itu yang memiliki menara dan tak satu pun dari keempat menara yang mengumandangkan Adhzan, yang juga dilarang di Swiss.
Propaganda besar meliputi voting larangan menara masjid itulah yang dianggap sebagai penyebab utama pemburukan citra Muslim damai di negara Eropa.
Merasakan jepitan stigmatisasi, Muslim Swiss mendukung temuan studi sebagai acuan langsung sumber masalah. "Saya pikir pernyataan media telah gagal membedakan antara terorisme global dan Islam di sisi berbeda, padahal hampir seluruh Muslim di Swiss telah berintegrasi," ujar seorang imam berdarah Bosnia, Sakib Halilovic, di Zurich.
Pandangan itu diamini seorang anggota parlemen, Yahya Hassan Bajwa, yang juga membuka kantor komunikasi antarkultur di Zurich. "Temuan itu benar, Muslim harus dipandang berbeda pascainsiden 9/11," ujar Bajwa yang telah tinggal di Swiss sejak keil.
"Bahkan dokter langganan saya sejak lama bertanya apakah saya berkaitan dengan terorisme," kenangnya. Ia mengatakan situasi itu muncul karena Partai Rakyat memiliki pengaruh langsung terhadap pandanga orang yang melihat Muslim sebagai hantu.
Menurut CIA Factbook, ada sekitar 400 ribu Muslim yang kini tinggal di Swiss, mewakili 5 persen dari total populasi negara Berbahasa Jerman itu yang berpenduduk 8 juta jiwa.